LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN ANEMIA HEMOLITIKA
![]() |
OLEH
:
I WAYAN MERTHA ADI WIRYAWAN
KELAS
A6-E
Program
Studi Ilmu Keperawatan
STIKES
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2013
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN ANEMIA HEMOLITIKA
A.
KONSEP
DASAR PENYAKIT
I.
DEFINISI
Anemia hemolitik adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal yang disebabkan tidak
seimbangnya pembentukan perubahan sel darah merah.
Pada
anemia ini, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang
biasanya mampu berkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru
tiga kali atau lebih dibandingkan kecepatan normal. Ada dua macam anemia
hemolitika, yaitu :
1. Anemia
hemolitika turunan (Sferositosis turunan)
Merupakan suatu anemia hemolitika dengan
sel darah merah kecil dan splenomegali.
2. Anemia
sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia
hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai
dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit adalah kerusakan genetik dan merupakan
anemia hemolitik herediter resesif. Anemia sel sabit dikarenakan oklusi
vaskuler dalam kapiler yang disebabkan oleh Red Blood Cells Sickled(RBCs) dan
kerusakan sel darah merah yang cepat (hemolisis). Sel-sel yang berisi molekul
hemoglobin yang tidak sempurna menjadi cacat kaku dan berbentuk bulan sabit
ketika bersirkulasi melalui vena. Sel-sel tersebut macet di pembuluh darah
kecil dan memperlambat sirkulasi darah ke organ-organ tubuh. RBCs berbentuk
bulan sabit hanya hidup selama 15-21 hari.
II.
ETIOLOGI
a.
Intrisik
- kelainan mebran
- kelainan glikolisis
- kelainan enzim
- hemoglobinopati
- kelainan mebran
- kelainan glikolisis
- kelainan enzim
- hemoglobinopati
b.
Ekstrinsik
- gangguan sistem imun
- mikrongiopati
- infeksi
- hipersplenisme
- luka bakar
- gangguan sistem imun
- mikrongiopati
- infeksi
- hipersplenisme
- luka bakar
III.
TANDA
DAN GEJALA
·
Ikterus, anoreksia, sesak napas
·
Penimegali,nausea,migrant
·
Gelisah, keringat dingin
IV.
PATOFISIOLOGI
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel
darah merah sum-sum tulang terganggu atau apabila sel-esl darah merah yang
terbentuk rusak atau hilang. Beberapa kodisi yang dapat mempengaruhi pebentukan
sel darah merah di dalam sum-sum tulang. Sel-sel darah merah dapat pula dirusak
oleh sel-sel fagosit pada sistem retikuloen dotelial terutama hati lien.
Bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel-sel darah merah memasuuki aliran
darah yang sama. Hal ini dapat merupakan indikator dagnosa anemia. Bilirubin
juga diekskresikan pada kuit yang menyebabkan warna kuning. Ini merupakan
indikator terjadinya kerusakan sel darah merah. Kerusakan ini paling sering
disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah yang dikenal sebagai anemia
hemolitika.
V.
|
|

VI.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG/ DIAGNOSTIK
Uji diagnostic yang pasti untuk
hemolisis adalah pemeriksaan ketahanan sel darah merah. Uji ini biasanya hanya
dilakukan untuk masalah diagnostic yang sulit. Sekitar 20 sampai 30ml darah
pasien diambil, dieramkan dengan kromosom-51 radioaktif kemudian diinjeksikan kembali. Krom-51 akan
melabel hanya sel darah merah saja. Setelah sel ini bercampur dengan darah yang
beredar, diambil satu sampel kecil dengan interval sehari kemudian dan seminggu
kemudian, dan diukur radioaktivitasnya. Ketahanan krom-51 normal adalah 28
sampai 35 hari. Sel darah merah pasien dengan hemolisis berat (seperti pada
anemia sel sabit) mempunyai ketahanan 10 hari atau kurang.
VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan disesuaikan dengan
penyebabnya. Bila karena reaksi toksik imunologik yang didapat diberikan adalah
kortikostiroid, kalau perlu lakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak
berhasil, dapat diberikan obat-obatan sitotoksik.
B.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
1.
Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Agama :
Suku bangsa :
2.
Keluhan utama
Pasien dengan anemia hemolitik datang
dengan keluhan sakit kepala, lemah, letih, pucat pada kulit dan membran mukosa
3.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat penyakit sekarang
Perlu ditanyakan pada pasien tentang
awal terjadinya keluhan seperti pucat, lemah, kelemahan. Mengenai lamanya
keluhan tersebut dirasakan kualitas dan kuantitas keluhan,keadaan atau dan
siuasi yang memperberat dan memperingan keluahan dan ditanyakan apakah sudah
pernah dilakukan pengobatan.
b.
Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien apakah
sudah pernah menderita penyakit ini sebelum dan tanyakan penyakit yang pernah dialami
c.
Riwayat penykit keluarga
Perlu diketahui apakah dikeluarga pasien
terdapat penderita yang mengalami seperti yang dialami pasien saat ini.
II.
DIAGNOSA
1. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien mengatakan
lelah dan lemah.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan ditandai dengan lemah otot untuk menelan dan mengunyah.
3. Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi
informasi ditandai dengan sering bertanya
III.
INTERVENSI
a. Dx
1 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien
mengatakan lelah dan lemah.
Tujuan
dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam
diharapkan klien toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :
-
melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
-
menunjukkan penurunan tanda intolerasi
fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang
normal.
Intervensi :
No.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Kaji
kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
|
Menunjukkan
perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/risiko cedera.
|
2.
|
Observasi
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
aktivitas.
|
manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
|
3.
|
Berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan.
|
meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
|
4.
|
Gunakan teknik
menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan,
anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
|
meningkatkan aktivitas
secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa
kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
|
b. Dx
2 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan lemah otot untuk mengunyah
untuk menelan dan mengunyah.
Tujuan dan criteria hasil : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuh dengan kriteria hasil :
-
menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat
badan dengan nilai laboratorium normal.
-
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
-
Menununjukkan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi
:
No.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Kaji
kebiasaan makan pasien
|
Membantu
dalam memilih intervensi selanjutnya
|
2.
|
Observasi
dan catat intake makanan pasien
|
Memonitor
intake kalori atau menilai kualitas kekurangan konsumsi makanan
|
3.
|
Timbang
BB tiap hari
|
Timbang
BB- memonitor kehilangan BB atau efektivitas dari intervensinutrisi
|
4.
|
Beri
makan porsi kecil tapi sering
|
Menurunkan
kelelahan dan mempertinggi intake, mencegah distensi gaster
|
5.
|
Observasi
adanya mual dan muntah
|
Observasi
mual/ muntah gejala GI akibat dari hipoksia organ GI
|
6.
|
Anjurkan
pasien mengkunsumsi makanan bergizi
|
Meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi
|
c. Dx
3 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi, misinterpretasi informasi ditandai dengan sering bertanya
Tujuan dan criteria hasil : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengerti dan memahami tentang penyakit,
prosedur diagnostic dan rencana pengobatan dengan criteria hasil :
-
pasien menyatakan pemahamannya proses
penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
-
mengidentifikasi factor penyebab.
-
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan
pola hidup.
Intervensi
:
No.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Berikan
informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
|
memberikan
dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat
|
2.
|
Menurunkan
ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. Tinjau tujuan
dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
|
ansietas/ketakutan
tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
|
3.
|
Kaji
tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
|
mengetahui
seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya
|
4.
|
Berikan
penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
|
dengan
mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
|
5.
|
Anjurkan
klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
|
diet
dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
|
6.
|
Minta
klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
|
mengetahui
seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
|
IV.
IMPLEMENTASI
SESUAI
DENGAN INTERVENSI
V.
EVALUASI
1. Pasien
dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2. Kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
3. Pasien
mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8, Volume 2. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar