MINERAL
TUBUH
Sebagian
besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air.
Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal sebagai zat
anorganik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar
tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Sampai sekarang telah
diketahui ada empat belas unsur mineral yang berbeda jenisnya diperlukan
manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Yang telah pasti
adalah natrium, klor, kalsium, fosfor, magnesium, dan belerang. Unsur-unsur ini
terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang besar dan karenanya disebut unsur
mineral makro atau mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti besi,
iodium, mangan, tembaga, zink, cobalt, dan fluor hanya terdapat dalam tubuh
dalam jumlah yang kecil saja, karena itu disebut trace element atau
mineral mikro. Tiga elemen lainnya yaitu aluminium, boron, dan vanadium telah
ditemukan dalam jaringan hewan. Dalam tubuh, mineral-mineral ada yang bergabung
dengan zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas. Di dalam tubuh unsur
mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.
Natrium
(Na) dan klorida (Cl) biasanya berhubungan sangat erat baik sebagai bahan
makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Sebagian besar natrium didapat dalam
plasma darah dan dalam cairan di luar sel (ekstraseluler); beberapa diantaranya
terdapat dalam tulang. Jumlah natrium dalam badan manusia diperkirakan sekitar
100-110g. Natrium bergabung degan klorida membentuk NaCl seperti halnya garam
dapur. Klorida banyak terdapat pada plasma darah, dalam kelenjar pencernaan
lambung sebagai asam klorida (HCl). Ion klorida mengaktifkan enzim amilase
dalam mulut untuk memecah pati yang dikonsumsi. Sebagai bagian terbesar dari
cairan ekstraseluler, natrium dan klorida membantu mempeahankan tekanan
osmotik, di samping juga membantu menjaga keseimbangan asam dan basa.
Makanan
yang mengandung kurang dari 0,3% natrium akan terasa hambar sehingga tidak
disenangi. Konsumsi natrium bervariasi terhadap suhu dan daerah tempat tinggal,
dengan kisaran dari 2 g sampai 10 g per hari. Pengaturan konsentrasi natrium,
cairan badan, dan keseimbangan natrium dilakukan melalui ginjal.
Pada
orang sehat jarang sekali ditemukan kasus kekurangan natrium. Tanda pertama
kekurangan natrium adalah rasa haus. Bila terjadi kekurangan natrium, maka
cairan ekstraseluler berkurang, tekanan osmotik dalam cairan tubuh tubuh
menurun
menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga
tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk
darah akan menurun, mengakibatkan penurunan tekanan darah. Pada keadaan
hilangnya banyak natrium, orang akan muntah-muntah atau diare karena cairan
yang ada dalam usus banyak mengandung natrium. Keadaan hipertensi (tekanan
darah tinggi) banyak ditemukan pada masyarakat yang mengkonsumsi natrium dalam
jumlah besar. Natrium yang terlalu banyak ditandai dengan pengembangan volume
cairan ekstraseluler yang menyebabkan oedem. Kadar natrium dalam darah
tidak dapat digunakan sebagai indikator status natrium dalam tubuh. Indikator
yang baik bagi keseimbangan natrium adalah keadaan kardiovaskuler, seperti
pulsa (denyut) nadi dan tekanan darah, juga pengeluaran natrium di dalam urin.
Tubuh seorang
dewasa mengandung kalium (K, 250 g) dua kali lebih banyak dari natrium (110 g).
Walaupun demikian biasanya konsumsi kalium lebih sedikit daripada natrium.
Peranan kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik
dalam cairan intraseluler, dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga
membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat
menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Kalium mudah
sekali diserap tubuh; diperkirakan 90% dari yang dicerna akan diserap dalam
usus kecil. Kekurangan kalium biasanya disebabkan sakit hati, cirrhosis,
terlalu banyak muntah-muntah, luka bakar, atau KKP (Kurang Kalori Protein) yang
berat. Gejala kekurangan kalium biasanya pelunakan otot.
Kalsium (Ca)
merupakan mineral paling banyak dalam tubuh diperkirakan sekitar 2% berat bdan
dewasa. Sebagian besar kalsium terkonsentrasi dalam tulang rawan dan gigi,
sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak. Peranan kalsium dalam
tubuh membantu membentuk tulang dan gigi, mengatur proses biologis dalam tubuh
dll. Bila konsumsi kalsium menurun dapat terjadi kekurangan kalsium yang
menyebabkan osteomalasia, yang ditandai tulang menjadi lunak. Kekurangan
kalsium memyebabkan juga osteoporosis atau masa tulang menurun.
Fosfor (P)
merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, yaitu sekitar 1%. Peranan fosfor
untuk pembentukan tulang dan gigi, penyimpanan dan pengeluaran energi
(perubahan ATP dengan ADP). Sumber fosfor yang utama adalah bahan
makanan dengan kadar protein tinggi seperti daging, unggas, ikan dan
telur, biji-bijian terutama bagian lembaganya dan biji-bijian utuh (pecah
kulit).
Magnesium (Mg)
terdapat dalam tulang, jaringan lemak seperti otot dan hati, serta cairan
ekstraseluler. Magnesium merupakan aktivator enzim peptidase dan enzim lain
yang kerjanya memecah dan memindahkan gugus fosfat (fosfatase). Magnesium
Sulfat /MgSO4 (garam inggris) dalam dosis besar (± 30g) sering digunakan
sebagai obat pencuci perut (laxative). MgSO4 tersebut akan meningkatkan
tekanan osmotik sehingga menarik air ke dalam usus kecil, akibatnya lebih mudah
buang air besar. Kekurangan magnesium akan menyebabkan hypomagnesema dengan
gejala denyut jantung tidak teratur, insomnia, lemah otot, kejang kaki, serta
telapak kaki dan tangan gemetar.
Sulfur (S)
terdapat dalam asam amino metionin, sistein dan sistin, tiamin dan biotin.
Bagian-bagian tubuh yang mengandung sulfur adalah jaringan pengikat, kulit,
kuku, dan rambut. Senyawa sulfur sangat berperan dalam berbagai reaksi oksidasi
reduksi, terdapat dalam berbagai koenzim, misalnya koenzim A, tiamin, biotin,
dan glutation (tripeptida dari asam glutamat, sistein, dan glisin.konsentrasi
glutation sangat tinggi dalam butir darah merah.
MINERAL MIKRO
Mineral mikro (trace
element) atau minor element merupakan istilah yang digunakan bagi sisa
mineral yang secara tetap terdapat dalam sistem biologis. Besi (Fe) yang ada
dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari hasil
perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan
dalam badan, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan. Besi berfungsi
sebagai komponen penyusun sel darah merah (hemoglobin). Kekurangan mengkonsumsi
besi dapat menyebabkan anemia.
Iodium merupakan
komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. Peranan tiroksin adalah
meningkatkan laju oksidasi dalam sel-sel tubuh sehingga meningkatkan BMR (Basal
Metabolic Rate) atau Laju metabolisme. Tiroksin berfungsi juga dalam
menghambat proses fosforilasi oksidatif sehingga terbentuknya ATP berkurang dan
lebih banyak dihasilkan panas. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang yang
menderita hipertiroidisme kurus. Tiroksin juga langsung mempengaruhi sintesis
protein. Kekurangan iodium menyebakan penyakit gondok. Kekurangan iodium
biasanya
disebabkan kekurangan iodium dalam tanah mereka. Makanan-makanan dari
laut, ganggang laut merupakan sumber iodium penting. Ikan laut lebih banyak
mengandung iodium daripada ikan air tawar. Daun dan bunga tanaman lebih banyak
mengandung iodium daripada bagian umbi ataupun bagian tanaman lain. Pada
umumnya biji-bijian mengandung sangat sedikit iodium.
Mangan (Mn)
merupakan kofaktor beberapa enzim penting. Sebagai contoh dalam proses sintesis
kolesterol dari asetilkoA, diperlukan enzim yang mengandung mangan yaitu enzim
mevalonat kinase. Dalam pencernaan protein salah satu enzim peptidase
memerlukan ion mangan atau ion kobalt sebagai kofaktor.
Tembaga (Cu)
berperan khususnya dalam beberapa kegiatan enzim pernapasan sebagai kofaktor
bagi enzim tirosinase dan sitokhrom oksidase. Tirosinase mengkatalisis reaksi
oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin (pigmen gelap pada kulit dan rambut).
Tembaga juga diperlukan dalam proses pertumbuhan sel-sel darah merah yang masih
muda. Bila kekurangan tembaga, sel darah merah yang dihasilkan berkurang.
Kekuranga tembaga banyak terjadi pada bayi usia 6-9 bulan khususnya bayi yang
mengalami KKP. Bayi tersebut akan mengalami leukopenia (kurang sel darah putih)
serta demineralisasi tulang.
Zink, seng (Zn)
merupakan komponen penting dari berbagai enzim. Contohnya enzim karbonat
anhidrase yang terdapat dalam sel darah merah, karboksi peptidase dan
dehidroginase dalam hati. Sebagai kofaktor zink dapat eningkatkan keaktifan
enzim lainnya. Kekurangan zink dapat mengakibatkan kekerdilan, alat seks tidak
berkembang, hati dan ginjal membengkak, terjdi gejala anemia .
Kobalt (Co)
merupakan bagian dari molekul vitamin B12. Bahan nabati tidak mengandung cobalt
kecuali komprey. Pada makanan fermentasi seperti oncom dan tempe ditemukan
vitamin B12 dalam jumlah yang relatif besar.
Flour (F) penting
dalam pertumbuhan dan pembentukan struktur gigi agar mempunyai daya tahan yang
maksimal terhadap penyakit gigi (caries). Flour terdapat dalam tanaman,
ikan, dan makanan hasil ternak. Konsumsi fluorida dari bahan makanan
sehari-hari diperkirakan 0,2-0,3 mg. Makanan dari laut mengandung 5-15 ppm
fluorida dan teh mengandung 75-100 ppm. Makanan dapat menyerap fluorida bila
dimasak pada air yang telah mengalami fluoridasi.
Kromium
(Cr) berperan dalam glucose tolerance. Glucose tolerance adalah waktu
yang diperlukan oleh gula dalam darah untuk kembali pada kadar normal bila
manusia yang puasa mengkonsumsi gula. Waktu tersebut secara normal sekitar 2,5
jam. Bila lebih dari waktu tersebut dianggap glucose tolerance-nya
terganggu. Dengan pemberian kromium glucose tolerance nya dapat
diperbaiki. Kromium banyak dikandung dalam keju, biji-bijian, peanut butter,
daging dan ragi. Se (Selenium) diperkirakan dapat meningkatkan kepekaan
anak terhadap kerusakan gigi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar