KONSEP
TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan
pernyataan simbolik tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual
melalui penggunaan symbol dan diafragma. Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap
suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan
persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model
konsep adalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang
menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan
mencerminkan masalah.
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu
kerangka konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis
terhadap gejala-gejala atau fenomena –fenomena dengan menentukan hubungan spesifik
antara konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan
dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan
sebagai suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lainnya
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol hasil
asuhan keperawatan yang dilakukan.
Teori
keperawatan menurut Barnum 1990 merupakan
usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.[1]
Model konseptual keperawatan merupakan
suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan
perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi
organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa
yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan
tahu apa yang harus perawat kerjakan.
B. TUJUAN TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
a. Tujuan
Teori Keperawatan
Teori
keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:
1.
Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan
dapat teratasi.
2. Adanya
teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai
pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar
dalam menyelesaikan berbagai masalah keperawatan.
3. Adanya
teori keperawatan membantu proses penyelesain masalah dalam keperawatan dengan
memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala
bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya
teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat
terus bertambah dan berkembang.1
b. Tujuan
Model Keperawatan
1. Menjaga
konsisten asuhan keperawatan.
2. Mengurangi
konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim
keperawatan.
3. Menciptakan
kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan
pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan
dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota
tim keperawatan.2
C.
KARAKTERISTIK
TEORI KEPERAWATAN
Torrest (1985) dan Chinn &
Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik dasar teori keperawatan :
1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan
sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan
antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan keperawatan
2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori
keperawatan digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan
dengan menggunakan cara berpikir yang logis
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya
teori keperawatan dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah
kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of
knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam
memperbaiki kualitas praktek keperawatan1
D. FAKTOR PENGARUH TEORI KEPERAWATAN
1.
Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang
meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan
yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar
manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan
orang yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga
membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan
keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan praktek keperawatan dengan
kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.
2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam
perkembangan teori-teori keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa
dalam memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita
karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi
perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan
keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang dahulu budaya
perawat dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi keperawatan telah ada
sehingga peran perawat dan dokter bukan di bawah pengawasan langsung akan
tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim
kesehatan.
3. Sistem
Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar
dalam perkembangan teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum
mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang
keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang
dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
4. Pengembangan
Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya
pengelompokan
ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan
komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan
tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada
cabang ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui sebagai
bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan atau lingkup
bidang ilmu keperawatan.1
E.
SEJARAH
KEPERAWATAN DALAM ISLAM
Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa’ad, banyak
dari mereka yang hanya mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat
yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang berasal dari
Inggris. Sesungguhnya apabila kita ingin menelaah lebih jauh lagi ke belakang
jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami
masa kegelapan dan kebodohan di karenakan pada waktu itu kebijakan dari pihak
gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan
dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah
ilmu pengetahuan mengalami kemajuan terutama dalam dunia keperawatan. Bukan
berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau
sampaikan mengandung ajaran dan nilai- nilai kesehatan seperti perilaku
hidup bersih dan sehat, pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene
), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain
sebagainya.
Menurut Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented
at the 3rd International Nursing Conference “Empowerment and Health: An Agenda
for Nurses in the 21st Century” yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4
Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa
sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah
/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan
bersifat empati. Rufaidah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi
dan memotivasi orang lain.
Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani
Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk
kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah.
Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat membantu
ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat
kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam
keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan
dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit
lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW pun memerintahkan
agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.
Dalam beberapa literatur sejarah islam mencatat beberapa nama yang bekerja
bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu
Sulaiman, dan Hindun.3
Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah :
a.
Ku’ayibat,
b.
Aminah binti Abi Qays Al Ghifari,
c.
Ummu Atiyah Al Ansariyat, dan
d.
Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat.
Sejarah Perkembangan Keperawatan Islam
1.
Masa
penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M)
Dokumen
tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat
sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang
kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa
ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan
oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya
sedikit sekali lilatur tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang
perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu
Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994)
2.
MasaSetelah
Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M)
Sejarah
tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy,
1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi
yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga
menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang “The Reason
Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever”
dan “A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That
is Not Within the Realm of Possibility.” Di masa ini ada perawat diberi nama
“Al Asiyah” dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama
memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3.
Masa Late to
Middle Ages (1000 – 1500 M)
Dimasa ini
negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang
sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak
dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antara ruang pasien
laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat
laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004)
4.
Masa Modern
(1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa ini
ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika
dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara
Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950
jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan
perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi
King Saud. (Amreding, 2003)
Dimasa ini
ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat
bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali
ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun Institusi Keperawatan di Arab
Saudi.3
F.
PANDANGAN
BEBERAPA AHLI TENTANG MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
1.
Siti Rufaidah
Kegiatan
pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim
pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu
berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan
apakah kliennya kaya atau miskin. Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti
Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan
Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW
adalah perawat pertama muslim Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika
mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di
timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim
(Jan, 1996). Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal
diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya
di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur.
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk
menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad
SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang
terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan
mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di
bidang keperawatan dan medis.
Konstribusi
Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga
terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada
setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat
anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki
kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan
adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi teknologi dan
sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang.3
2.
Florence
Nightingale (Teori Nightingale)
Nightingale membuat sebuah teori yang
dikenal sebagai teori keperawatan modern (modern
nursing). Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan. Nightingale
meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk penanganan perawatan
yang layak. Komponen lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan, antara lain:
a. Udara
segar
b. Air
bersih
c. Saluran
pembuangan yang efesien
d. Kebersihan
e. Cahaya
Aspek lingkungan yang diutamakan Nightingale dalam
merawat klien adalah ventilasi yang cukup bagi klien.Ia berkeyakinan bahwa
ketersediaan udara segar secara terus-menerus merupakan prinsip utama dalam
perawatan. Oleh sebab itu, setiap perawat harus menjaga udara yang harus
dihirup klien tetap bersih , sebersih udara luar tanpa harus membuatnya
kedinginan. Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatn klien adalah
cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat member manfaat yang
besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu membawa klien
berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak terdapat
kontraindikasi .focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada
kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh
tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.4
Selain kelima komponen lingkungan diatas, seorang
perawat juga harus memperhatikan kehangatan, ketenangan, dan makanan klien.

Asumsi Utama Teori Nightingale
Nightingale mendefenisikan kesehatan sebagai kondisi
sejahtera dan mampu memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga batas
maksimal, sedangkan penyakit merupakan proses perbaikan yang dilakukan tubuh
untuk membebaskan diri dari gangguan yang dialami sehingga individu dapat
kembali sehat. Prinsip perawatan adalah menjaga agar proses reparative ini
tidak terganggu dan tiak menyediakan kondisi yang optimal untuk proses
tersebut. Untuk mencapai kondisi kesehatan, perawat harus menggunakan nalarnya,
disertai ketekunan dan observasi.
Dengan demikian, kesehatan dapat dipelihara melalui
upaya pencegahan penyakit melalui faktor kesehatan lingkungan. Ia menyebut hal
ini sebagai health nursing dan membedakannya dengan proper nursing yang berarti merawat klien yang sakit hingga ia
dapat bertahan atau setidaknya menjadi lebih baik hingga saat kematiannya.
Menurut Nightingale, lingkungan adalah tatanan
eksternal yang memengaruhi sakit dan sehatnya seseorang, termasuk disini
makanan klien dan interaksi perawat dengan klien. Jika seseonrang ingin sehat,
perawat, alam, dan orang yang bersangkutan harus bekerja sama agar proses
reparative dapat berjalan. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut.
Pengaruh Teori Nightingale Terhadap
Keperawatan

Teori Nigtingale, keperawatan modern (modern nursing), merupakan langkah awal dalam formalisasi dan
pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya. Ia telah meletakkan suatu pijakan
bagi pengembangan teori keperawatn sesudahnya. Didasari atau tidak, Nightingale
telah member pedoman umum bagi perawat dalam merawat klien.Prinsip-prinsip
dasar perbaikan lingkungan dan penanganan psikologis terhadap klien dapat
diterapkan dengan modifikasi dalam banyak tatanan perawatan kontemporer.Ide-ide
Nightingale telah mendorong pemikiran produktif bagi perawat dan profesi
keperawatan.4
3.
Virginia
Henderson (Teori Henderson)
Defenisi Keperawatan Menurut
Henderson
Virginia henderson memperkenalkan defenition of
nursing (defenisi keperawatan). Defenisinya mengenai keperawatan dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikannya.Ia menyatakan bahwa defenisi keperawatan
harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Henderson sendiri kemudian
mengemukakan sebuah defenisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional.
Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan
sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung
kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan,
kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untk itu. Di samping itu, Henderson juga
mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Activities of Living”.Model tersebut
menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin.Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri,
tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi perawat tetap menyampaikan rencananya
pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.4
Konsep Utama Teori Henderson
Konsep
utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.
1. Manusia. Henderson
melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih
kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih
kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14
komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Bernapas
secara normal
2) Makan
dan minum dengan cukup
3) Membuang
kotoran tubuh
4) Bergerak
dan menjaga posisi yang diinginkan
5) Tidur
dan istirahat
6) Memilih
pakaian yang sesuai
7) Menjaga
suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan
8) Menjaga
tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen
9) Menghindari
bahaya lingkungan yang bisa melukai
10) Berkomunikasi
dengan orang lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat
11) Beribadah
sesuai dengan keyakinan
12) Bekerja
dengan tata cara yang mengandung prestasi
13) Bermain
atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
14) Belajar
mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan
normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Keempat
belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat
kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan
spiritual kebutuhan dasar poin a-i termasuk komponen kebutuhan biologis, poin j
dan n termasuk komponen kebutuhan psikologis, poin k termasuk kebutuhan
spiritual, dan komponen l dan m termasuk komponen kebutuhan sosiologis.
Henderson
juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu
sama lain (inseparable). Sama halnya
dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit).4
2. Keperawatan. Perawat
mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan
perawatan berdasarkan kebutuhan manusia (14 komponen di atas). Untuk menjlankan
fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosial.
3. Kesehatan. Sehat
adalah kualitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi
kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati penyakit.
Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan.
Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki
kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup.
4. Lingkungan. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan.
a. Individu
yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit akan
menghambat kemampuan tersebut
b. Perawat
harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis
c.
Perawat harus memiliki pengetahuan
tentang keamanan lingkungan
d.
Dokter menggunakan hasil observasi dan
penilaian perawat sebagai dasar dalam memberikan resep
e.
Perawat harus meminimalkan peluang
terjadinya luka melalui saran-saran tentang kontruksi bangunan dan
pemeliharaannya
f.
Perawat harus tahu tentang kebiasaan
sosial dan praktik keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.4
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin
hubungan antara perawat dengan klien. Menurut henderson, hubungan perawat-klien
terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga
hubungan sangat mandiri.
1.
Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien
2.
Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien
3.
Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan
sebagai pengganti di dalam memenuhi kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik,
kemampuan, atau kemampuan pasien yang berkurang.Di sini perawat berfungsi untuk
“melengkapinya”.Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada fase pemulihan,
perawat berperan sebagai penolong untuk menolong atau membantu pasien
mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirin ini sifatnya relatif, sebab
tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun
demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan
pasien.Sebagai mitra, perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana
perawatan bagi pasien.Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut
dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia,
tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan
intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson
berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah
dokter.Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang
dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya.Tugas
perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak
ada dokter.Rencana perawatan yang dirumuskan perawat dan pasien harus
dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rencana pengobatan yang
dilakukan oleh dokter.
Keyakinan dan tata Nilai Teori
Henderson
![]() |
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien
yang memiliki keterikatan hidup secar individual selama daur kehidupan, dari
fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan
lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas
penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian
yang damai.Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan
kekeuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.4
Aplikasi Teori henderson dalam
Proses Keperawatan
Defenisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya
dengan praktik keperawatan menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas utama
sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien. Manfaat asuhan keperawatan
ini terlihat dari kemajuan kondisi pasien, yang smula bergantung pada orang
lain menjadi mandiri. Perawat dapat membantu pasien beralih dari kondisi
bergantung (dependent) menjadi
mandiri (independent) dengan
mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi 14 komponen
penanganan perawatan dasar.
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai
kebutuhan dasar pasien berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data
, perawat menggunakan metode observasi, indera penciuman, peraba, dan
pendengaran. Setelah data terkummpul, perawat menganalisis data tersebut dan
membandingkannya dengan perngetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis
tersebut menentukan diagnosis keperawatan yang akan muncul. Diagnosis
keperawatan menurut Henderson, dibuat dengan mengenali kemampuan individu dalam
memenuhi kebutuhannya, dengan atau tanpa bantuan, serta dengan mempertimbangkan
kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki individu.
Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi
aktivitas penyusunan rencana kebutuhan sesuai kebutuhan indiviu, termasuk di
dalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan, serta dokumentasi
bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan sehat atau sakit.Selanjutnya,
pada tahap implementasi, perawat membantu individu memenuhi kebutuhan dasar
yang telah disusun dalam rencana perawatan guna memelihara kesehatan individu,
memulihkannya dari kondisi sakit, atau membantunya meninggal dalam damai.
Intervensi yang diberikan perawat sifatnya individual, bergantung pada prinsip
fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan kemampuan
intelektual serta fisik individu. Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian
kriteria yang diharapkan dengan menilai kemandirian pasien dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari.4
4.
Imogene
King (Teori King)
King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan
menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan
dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi.
Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan
konsep kerjanya yang meliputi adanya system personal, system interpersonal dan
system social yang saling berhubungan satu dengan yang lain, yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

Menurut King system personal merupakan system
terbuka dimana didalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang,
gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan
interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta hubungan
social yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam
menegakkan system social, sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem
tersebut, maka King memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni
bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang
berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat
mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makhluk social manusia akan
hidup bersama orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.1
Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga
kebutuhan dasar yaitu:
1. Informasi
kesehatan
2. Pencegah
penyakit
3. Kebutuhan
terhadap perawat ketika sakit.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan
pendekatan teori yang terdiri dari komponen yang dapat digambarkan pada gambar
1.5.
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa
konsep hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen:
1. Aksi
merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku, dalam memahami
atu mengenali kondisi yang ada dalam keperawatn dengan gambaran hubungan
perawat dank lien untuk melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
2. Reaksi
adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi adanya aksi dan meruapakn respons
dari individu.
![]() |
3.
Interaksi
merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling mempengaruhi antara perawat dan
klien yang terwujud dalam komunikasi.

4. Transaksi
merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi suatu persetujuan
dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.1
5.
Dorothe
E. Orem (Teori Orem)
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan
keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperewatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep keperawatan
Orem mengembangkan tiga bentuk teori self
care diantaranya :
1. Perawatan
Diri Sendiri (self care)
Dalam
teori self care, Orem mengemukakan
bahwa self care meliputi : pertama,
self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan
inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itun sendiri dalam
memenuhi serta mempertahankan kehidupan, keshatan serta kesejahteraan ; kedua,self care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. ; ketiga, adanya tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam
waktu tertentu untuk perawatn diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat
dalam tindakan yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self
care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan
mengelompokkan kedalamkebutuhan dasar manusianya.
2. Self
Care Defisit
Merupakan
bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan
kepereawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan
pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta
adanya perkiraan penurunan kemampuan
dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
3. Teori
Sistem Keperawatan
Merupakan
teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang
mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien dan
kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri.Dalam pandangan teori system ini Orem
memberikan identifikasi dalam system pelayanan keperawatan diantaranya :
a.
Sistem
bantuan secara penuh (Wholly Compensatory
System)
Merupakan
suatu tindakan keperawatn dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien
dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara
mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi
serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan system ini dapat dilakukan
pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja seperti pada
pasien koma pada pasien sadar dan mungkin masih dapat membuat suatu pengamatan
dan penilaian tentang cedera atau masalah yang lain akan tetapi tidak mampu
dalam melakukan tindakan yang memerlukan
ambulasi atau manipulasi gerakan, seperti pada pasien yang fraktur vertebra dan
pada pasien yang tidak mampu mengurus sendiri, membuat penilaian serta
keputusan dalam self care-nya dan
pasien tersebut masih mampu melakukan ambulasi dan mungkin dapat melakukan
beberapa tindakan self care-nya
melalui bimbingan secara continue
seperti pada pasien retardasi mental.
b.
Sistem
bantuan sebagian (Partially Compensatory
System)
`Merupakan
system dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada
pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post
operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok
gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan
perawatan luka.
c.
System
suportif dan edukatif
Merupakan
system bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan
dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatn secar mandiri.Sistem ini dilakukan
agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan
pembelajaran.Pemberian system ini dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan
informasi dalam pengaturan kelahiran.1
6.
Jean
Watson (Teori Watson)
` Jean Watson dalam memahami konsep
keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak
ukur pandangan Watson ini didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan
teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan
manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan
eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan
fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual,
kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal
(kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.1
![]() |
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston
memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai
macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena
sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk
mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan status
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Teori human caring
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam
keperawatan adalah “human science and
humancare”. Watson percaya bahwa focus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari
perspektif himanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah.
Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi humanistic dan system
nilai serta seni yang kuat.Filosofi humanistic dan system nilai ini member
fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu
perawat menbgembangkan vidsi mereka serta
nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan
berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam
asuhan keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan
pengobatan penyakit.4
Asumsi dasar tentang ilmu
keperawatan Watson
Beberapa
asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:
1. Asuhan
keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.
2. Asuhan
keperawatterlaksana oleh adanya factor carative
yang menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan
keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu
dan keluarga.
4. Respons
asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana mereka sekarang,
tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi
padanya nantinya.
5. Lingkungan
asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan perkembangan
potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan yang
tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.
6. Asuhan
keperawatan lebih bersifat healthgenic
(menyehatkan) daripada curing
(mengobati).
7. Praktik
caring merupakan pusat keperawatan.
Factor
carative teori Watson
Struktur dibangun dari sepuluh factor carative
yaitu:
1. Membentuk
sistem nilai humanistic-alturistik.
2. Menanamkan
keyakinan dan harapan (faith-hope).
3. Mengembangkan
sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
4. Membina
hubungan saling percaya dab saling bantu (helping-trust).
5. Meningkatkan
dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative.
6. Menggunakan
metode mpemecahan masalah yang sistemantis dalam pengambilan keputusan.
7. Meningkatkan
proses belajar-mengajar interpersonal.
8. Menyediakan
lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memeperbaiki mental, sosiokultural,
dan spiritual.
9. Membantu
dlam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
10. Mengembangkan
factor kekuatan eksistensial-fenomenologis.4
7.
Hidegard
E. Pepelau (Teori Peplau)
Hildegar E.Peplau lahir pada tanggal 1 september
1909 di Reading, Pennsylvania. Peplau lulus dari hospital School of Nursing di
Pottstown, penssyilvania pada tahun 1931. Gelar B.A. dalam bidang psikologi
interpersonal diperolehnya dari Bennington Univercity, Vermont pada Tahun 1943.
Peplau meraih gelar M.A. dalam bidang keperawatan psikiatri dari Teacher’s
College, Columbia, New York pada Tahun 1947 dan gelar Ed.D. dalam bidang
pengembangan kurikulum pada tahun 1953.
Keperawatan
Psikodinamik
Konstribusi Peplau dalam bidang keperawatan,
khususnya keperawatan psikiatri, sanga5t banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan
bukunya yang berjudul interpersonal
relations in Nursing. Peplau membuat model keperawatan dengan istilah
keperawatan psikodinamik.Menurutnya, keperawatan psikodinamik merupakan
kemampuan seortang perawat untuk memahami tingkah lakunya guna membantu orang
lain, mengindetifikasi kesulitan yang dirasakannya, dan untuk menerapkan
prinsip hubungan manusia pada permasalahan yang timbul di semua level
pengalaman.
Fase
orientasi
Pada fase ini, perawat dank lien bertindaj sebagai
dua indsividu yang belum saling kenal mengenal. Selama fase orientasi, koien merupakan
seseorang yang memerlukan bantuan professional dan perawat berperan membantu
klien mengenali dan memahami masalahnya serat menentukan apa myang klien
perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk menetukan
adanya masalah.
Fase
identifikasi
Pada fase ini, klien memberikan respons atau
mnegidentifikasi persoalan yang ia hadapi bersama orang yang dianggap memahami
masalahnya. Respons setiap klien berbeda satu sama lain. Di sini perawat
melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien menghadapi penyakit yang ia
rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan
menguatkan kekuatan positif pada pribadi klien serta memneri kepuasan yang
diperlukan.
Fase
eksploitasi
Pada fase 4 ini, perawat memberi layanan keperawatan
berdasarkan kebutuhan klien. Disinilah, masing-masing pihak mulai merasa
menjadi bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase eksploitasim,
klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah
hubungan.
Prisnsip tindakan pada fase ini adalah
eksplorasi/menggali, memahami keadaan klien, dan mencegah meluasnya masalah. Perawat
mendorong klien untuk menggali dan mengfungkapkan perasaan, emosi, pikiran,
serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan suasana terapeutik yang
mendukung.
Fase
resolusi/terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat
bdan klien sudah samapi pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan
terapiutik yang selama ini terjalin.Fase resolusi terkadang menjadi fase yang
sulit bagi kedua bekah pihak, sebab disini dapat terjadi peningkatan kecemasan
dabn ketegangan jika ada hal-halk yang belum terselesaikan pada masing-masing
fase.Indicator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu
mandiri dan lepas dari bantuan perawat. Selanjutnay, baik perawat maupun klien
akan menjadi individu yang matang dan
lebih berpengalaman.4
Teori keperawatan Peplau dan
komponen utama keperawatan
1.
Keperawatan.
Keperawatan didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah proses yang signifikan,
bersifat terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan instrument
edukatif, kekuatan yang mendewasakan dan menborong kepribadian seseorang dalam
arah yang kreatif, konstruktif, produktif, personal, dan kehidupan komunitas.
Profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legaldi dalaam pemanfaatan
keperawatan secara vefektif berikut segala konsekuensinya bagi klien.
2.
Individu.
Individu menurut eplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk berusaha
mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan.
3.
Kesehatan.
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah symbol yang menyatakan secara
tidak langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan
yang terus menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di
dalam kehidupan pribadi ataupun komunitas.
4.
Lingkungan.
Meskipun Peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebagai salah satu
konsep utama dalam perawatan, ia mendorong perawat untuk memperhatikan
kebudayaan da adat istiadat klien saat klien harus membiasakan diri dengan
rutinitas rumah sakit.
8.
Martha
E. Rogers (Teori Roger)
Teori Manusia sebagai Satu kesatuan
(Unitary Human Beings)
Model Rogers pertama kali dipublikasikan pada 1970,
yaitu An Introduction to the Theoritical
Basis of Nursing. Rogers kemudian memperjelas dan mendefenisikan
konsep-konsepnya, salah satunya The
Science of Unitary human Beings: A Paradigm for Nursing.
Rogers mengambil pengetahuan dari antropologi,
psikologi, sosiologi, astronomi, agama, filsafat, matematika, sastra, dan
sumber-sumber lain yang membangun modelnya berdasarkan manusia sebagai suatu
kesatuan (unitary human beings) dan
lingkungan sebagai bidang energi yang menyatu dengan proses kehidupan.
Dalam model keperawatannya, Rogers meletakkan
dasar-dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia. Proses kehidupan
manusia dicirikan oleh keseluruhan (wholeness),
keterbukaan (openness), kesatuan arah
(unidirectionality), pola (pattern) dan organisasi, ilmu
pengetahuan, serta pemikiran.4
Teori Rogers dan Konsep
Utama Keperawatan
1. Keperawatan. Rogers
menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu
pengetahuan dan seni. Keperawatan sebagai ilmu merupakan ilmu pengetahuan
humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar mempertahankan dan
memulihkan kesehatan, mencegah penyakit, merawat, serta merehabilitasi individu
yang sakit dan cacat. Pada dasarnya, ilmu keperawatan mempelajari sifat dan
arah pengembangan manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan lingkungan.
Kaitannya dengan proses kehidupan manusia, ilmu keperawatan merupakan ilmu
pengetahuan empiris yang menggambarkan, menerangkan, dan memprediksi proses
kehidupan manusia. Oleh sebab itu, keperawatan bersifat unik karena merupakan
satu-satunya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan
manusia. Lebih lanjut, praktik keperawatan profesional merupakan praktik yang
bersifat kreatif, imajinatif, dan eksis untuk melayani individu. Praktik
keperawatan profesional tidak memiliki fungsi dependen, melainkan bersifat
kolaboratif.
2. Individu. Individu
menurut Rogers merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa disederhanakan dan
merupakan manifestasi karateristik yang melebihi dan bahkan berbeda dari
bagian-bagiannya. Manusia sebagai satu kesatuan merupakan aspek integral
manusia dengan lingkungan. Manusia berada dalam proses kehidupan yang kontinu
dengan lingkungan secara keseluruhan, yang tidak dipahami jika disederhanakan
menjadi bagian-bagian tertentu. Proses kehidupan, menurut Rogers, adalah
homeodinamis yang bersifat probalistik. Rogers mengartikan individu sebagai
sistem terbuka di dalam proses kontinu bersama sistem terbuka lingkungan.
Keperawatan memandang individu sebagai bagian dari satu kesatuan yang tidak
dapat disederhanakan.
3. Lingkungan. Rogers
mendefenisikan lingkungan sebagai suatu medan energi empat dimensi yang tidak
dapat disederhanakan, yang dicirikan oleh pola dan manifestasi karakter yang
berbeda dengan bagian-bagiannya. Lingkungan mencakup segala sesuatu yang berada
di luar manusia. Manusia merupakan medan energi yang dinamis yang terus melakukan
pertukaran dengan medan lingkungan, keduanya bersifat tidak terbatas. Interaksi
antara manusia dan lingkungan bersifat kontinu, mutual, dan simultan.
4. Kesehatan. Rogers
banyak menggunakan kata kesehatan (health)
dalam tulisan pertamanya, namun ia tidak pernah mendefinisikan kata tersebut.
Ia menggunakan kata kesehatan positif (positive
health) untuk menunjukkan kondisi bugar (wellness) dan tidak adanya penyakit dan penyakit parah. Istilah health digunakan oleh Rogers dalam
konteks nilai yang ditentukan oleh budaya atau individu.4
9.
Sister
Calista Roy (Teori Roy)
Model Adaptasi Roy
ROY berpendapat bahwa ada empat
elemen penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni keperawatan, tenaga
kesehatan, lingkungan, dan sehat.
1.
Elemen
keperawatan
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu
tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983).
Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa
keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi
individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin
positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai
sutu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada
lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika
stressor terjadi dan individu tidak dapat menggunakan “koping” secara efektif
maka individu tersebut memerlukan perawatan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi
individu dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat.Komponen-komponen
adaptasi mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling
ketergantungan.
2.
Elemen
manusia
Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu
suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol,
keluaran dan umpan balik (Roy, 1986). Proses kontrol adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini
berperan sebagai kognator dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan
adaptasi.
Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi
terhadap fungsi fisologis, konsep diri, fungsi peran dan terhadap kebutuhan
saling ketergantungan.
Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat
dari sistem kehidupan yang terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi dengan
zat/benda dan lingkungan.
Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif,
terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah
mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran dari sistem ini
dapat berupa respons adaptif atau respons tidak efektif.
Regulator dihubungkan dengan fungsi fisiologis
sedangkan kognator dihubungkan dengan konsep diri dan fungsi peran.
3.
Elemen
lingkungan
Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi,
keadaan, dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu
atau kelompok.
4.
Elemen
sehat
Kesehatan didefenisikan sebagai keadaan yang muncul
atau proses yang terjadi pada mahluk hidup dan terintegrasi dalam individu
seutuhnya (Roy, 1984).
Proses adaptasi
Proses adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara
holistik, mencakup semua interaksi individu dengan lingkungannya dan dibagi
menjadi dua proses, seperti yang berikut.
1. Proses
yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Perubahan
ini merupakan stresor atau stimulus fokal. Apabila stresor atau stimulus
tersebut mendapat dukungan dari faktor-faktor konseptual dan resitual maka
akanmuncul interaksi yang biasa disebut stres. Dengan demikian adaptasi sangat
diperlukan untuk mengatasi stres.
2. Proses
mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau tidak
efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah suatu kondisi yang dapat
meningkatkan pencapaian tujuan individu mencakup kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi, dan integritas.
Aplikasi Model Adaptasi Roy
Model
ini dapat digunakan dalam penelitian keperawatan, dan sebagai pedoman dalam
memberikan perawatan pada anak-anak, lansia, dan di komunitas.Model ini lebih
menekankan pada faktor psikologis.2
10.
Leininger
(Teori Leininger)
Teori ini diagagas pertama kali oleh Madeleine
Leininger yang diinspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai
perawat spesialis anak di Midwestern United States pada tahun 1950. Saat itu ia
melihat adanya perubahan perilaku di antara anak yang berasal dari budaya yang
berbeda. Perbedaan ini mebuat Leinenger menelaah kembali profesi keperawatan.ia
mengedintifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami budaya anak dalam
layanan keperawatan ternyata masih kurang.
Pada tahun 1960, Leinenger pertama kali menggunakan
kata trancultural nursing, ethnonursing,
dan cross-cultural nursing.Akhirnya, pada tahun 1985, Leinenger
mempublikasikan teorinya untuk pertama kalinya, sedangkan ide-ide dan teorinya
mulai dipresentasikan pada tahun 1988.Teori Leinenger kemudian disebut sebagai Cultural Care Diversity and Universality.Tetapi
para ahli sering menyebutnya sebagai Trancultural
Nursing Theory atau teori perawatan transkultural.
Konsep Teori Keperawatan
Transkultural
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama
dalam keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang
budaya dan sub-budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan,
nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang
bertujuan mengembangkan body of knowledge
yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya
tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran perawat dalam memahami budaya
klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai
budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat
mencegah terjadinya culture shock atau
culture imposition.Culture shock terjadi saat pihak luar
(perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok
budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah
dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan.
Sedangkan culture imposition adalah
kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun
terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau kelompok
dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada
budaya kelompok lain.
Model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih
dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya
serta struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut
Leinenger dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah
hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan
hukum, ekonomi, dan pendidikan.4
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara
atau area, sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi
pola/cara dan praktik keperawatan. semua langkah perawatan tersebut ditujukan
untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan persiapan
menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh
perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-masing
faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan (care expression, pattern, and practices).Dengan
demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap pencapaian
kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada level individu,
keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi di berbagai sistem kesehatan.
Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, ketujuh faktor tersebut masuk ke
dalam level pertama yaitu tahap pengkajian.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan profesional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
Leinenger dengan gambar seperti di bawah
ini. Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan
proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan
keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien
harus tetap memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1. Culture care preservation/maintenance,
yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2. Culture care
accommodation/negotiation, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang merefleksikan
budaya untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan
dan gaya hidup individu atu klien.

3. Culture care
repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien ke arah yang lebih baik.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan
keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and
well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan
pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna
guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.4
11.
Abdellah (Teori Abdellah)
Teori keperawatan yang dikembangkan oleh Faye
Abdellah et al. (1960) meliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh
manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual baik klien maupun keluarga.
Ketika menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan
keterampilam dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan dan
perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tenyang
ilmu-ilmu dasar dan keterampilan keperawatan tertentu.Perawat adalah pemberi
jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga sebagai pembuat keputusan. Perawat
merumuskan gambaran tentang kebutuhan klien secara individual, yang mungkin
terjadi dalanm bidang-bidang berikut ini:
1. Kenyamanan.
Kebersihan dan keamanan.
2. Keseimbangan
fisiologi.
3. Faktor-faktor
psikologi dan sosial.
4. Faktor-faktor
sosiologi dan komunitas.
Dalam keempat bidang diatas, Abdellah et al.(1960)
mengidentifikasi kebutuhan klien secara spesifik, yang sering dikenal sebagai 21 masalah keperawatan Abdellah:
1. Mempertahankan
kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik.
2. Mempertahankan
aktivitas, latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal.
3. Mencegah
terjadinya kecelakaan, cedera atau trauma lain dan mencegah meluasnya infeksi.
4. Mempertahankan
mekanika tubuh yang baik serta mencegah dan memperbaiki deformitas.
5. Memfasilitasi
masukan oksigen keseluruhsel tubuh.
6. Mempertahankan
nutrisi untuk seluruh sel tubuh.
7. Mempertahankan
eliminasi.
8. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
9. Mengenali
respons-respons fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit-patologis,
fisiologis, dan kompensasi.
10. Mempertahankan
mekanisme dan fungsi regulasi.
11. Mempertahankan
fungsi sensorik.
12. Menfidentifikasi
dan menerima ekspresi, perasaan dan reaksi positif dan negative.
13. Mengidentifikasi
dan menerima adanya hubungan timbale-balik antara emosi dan penyakit organic.
14. Mempertahankan
komunikasi verbal dan nonverbal.
15. Memfasilitasi
perkembangan hubungan interpersonal yang produktif.
16. Memfasilitasi
pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif.
17. Menghasilkan
dan/atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik.
18. Memfasilitasi
kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan fisik,
emosi dan perkembangan yang berbeda.
19. Menerima
tujuan optimal yang dapat dicapai sehubungan dengan keterbatasan-fisik dan
emosional.
20. Menggunakan
sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam mengatasi masalah yang
muncul akibat dari penyakit.
21. Memehami
peran dari masalah sosial sebagai factor-faktor yang mempengaruhi dalam
munculnya suatu penyakit.5
12.
Ida Orlando (Teori Orlando)
Bagi Ida Orlando (1961), klien adalah individu
dengan suatu kebutuhan, dimana bila kebutuhan tersebut dipenuhi maka stress
akan berkurang, meningkatkan kepuasan atau mendorong pencapaian kesehatan
optimal (Chinn dan Jacobs, 1995). Teori Orlando secara radikal mengubah focus
keperawatan dari diagnose medis klien dan kegiatan-kegiatan otomatis ke
perilaku klien menurut kebutuhan klien yang mendesak dan ditentukan jika
kebutuhan dapat dipenuhi dengan tindakan keperawatan (Schmieding, 1995). Teori
Orlando terdiri dari kerangka konsep bagi profesi keperawatan. Tiga elemen,
yaitu perilaku klien, reaksi perawat dan
tindakan perawat, akan membentuk
situasi keperawatan (Marriner-Tomey, 1994). Setelah perawat melakukan kebutuhan
klien, mereka mendapatkan dampak kebutuhan pada tingkat kesehatan klien dan
akan bertindak secara otomatis atau direncanakan untuk memenuhi kebutuhan, yang
pada akhirnya untuk menurunkan tekanan atau stress yang dialami oleh klien
(Chinn dan Jacobs, 1995)6
13.
Myra
Levine (Teori Levine)
Teori keperawatan Myra Levine dirumuskan pada tahun
1966 dan dipublikasikan pada tahun 1973, menggambarkan klien sebagai makhluk
hidup terintregasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap
lingkungannya. Levine percaya bahwa intervensi keperawatan merupakan akivitas
konservasi, dengan konservasi energi sebagai pertimbangan utama (Fawcett,
1989). Sehat dipandang dari sudut konservasi energy dalam lingkup area sebagai
berikut, Levine menyebutnya sebagai empat
prinsip konservasi dalam keperawatan:
1. Konservasi
energi klien
2. Konservasi
struktur integritas
3. Konservasi
integritas personal
4. Konservasi
integrasi social
Melalui pendekatan ini, asuhan keperawatan meliputi
konservasi aktivitas yang ditujukan pada penggunaan secara optimal
sumber-sumber kekuatan klien.7
14.
Dorothy
Johnshon (Teori Jhonson)
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968)
berfokus pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan
bagaimana stress actual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan
beradaptasi. Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan stress sehingga klien
dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori
Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokkan perilaku
berikut:
1. Perilaku
mencari keamanan
2. Perilaku
mencari perawatan
3. Menguasai
diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi
4. Mengakomodasi
diet dengan cara yang diterima secar sosial dan cultural
5. Mengeluarkan
sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan cultural
6. Perilaku
seksual dan identitas peran
7. Perilaku
melindungi diri sendiri
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien
berdasarkan kategori perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara
efektif didalam lingkungannya.Akan tetapi ketika stres mengganggu adaptasi
normal, perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas.Perawat
mengidentikasi ketidakmampuan beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.8
15.
Betty
Neuman (Teori Neuman)
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini
adalah model konsep Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan
aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan
dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut
meliputi garis pertahanan fleksibel yaitu ketersediaan dana pelayanan
kesehatan, iklim dan pekerjaan dan lain-lain, garis pertahanan normal yang
meliputi ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status nutrisi secara
umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resisten yang meliputi
adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat,
transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi didaerah yang ada.
Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan
pencegahan primer, sekunder dan tersier.Model ini bertujuan agar terjadi
stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis.Sehingga Betty
Neuman menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh dan saling
ketergantungan (interpendensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini
memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang
manusia sebagai suatu system terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan
merupakan satu kesatuan dari variable yang utuh diantaranya fisiologis,
psikologis, sosiokultural dan spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan
akan dipengaruhi lingkungan serta klien serta memandang sehat sebagai kondisi
terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang
dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum focus dari model konsep keperawatan
menurut Nueman ini berfokus pada respons terhadap stressor serta factor-faktor
yang mempengaruhi proses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawtan
seharusnya dilakukan menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya
reaksi tubuh akibat stressor.Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.9
Pencegahan primer dapat meliputi berbagai tindakan
keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor, mencegah reaksi tubuh
karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien secara konstruktif.Pencegahan
sekunder menurut Neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat
mengurangi gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor
dan pencegahan tersier dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur serta
pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu
penyakit.Upaya pencegahan tersebut dipentingkan kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan.
Konsep- konsep dasar dan definisi- definisi
1.
Manusia. Manusia
ditemukan sebagai individu yang unik dan takdapat dipisahkan dalam suatu waktu
adaa didunia ini. tidak ada yang seperti manusia baik yang pernah hidup ataupun
yang akan hidup.
2.
Pasien. Kata pasien
adalah merupakan hal yang klise yang berguna untuk komunikasi ekonomi.
sebenrnya pasien itu tidaklah ada. hanya ada mahluk hidup individu yang
membutuhkan kepedulian, pelayanan, dan bantuan dari orang lain yang dipercaya
dapat memberikan pertolongan yang dibutuhkan.
3.
Perawat. Perawat juga
seorang manusia “perawat memiliki tubuh yang berpengetanhuan khusus dan
berkemampuan untuk menggunakanya yang bertujuan membantu orang lauin untuk
mencegah penyakit atau memelihara tingkat kesehatan yang tinggi.
4.
Penyakit. penyakit
dalah sebuah kategori dan klasifikasi . travelbee tidak menggunakan kata
penyakit (illness) sebagai definisi dari tidak sehat akan tetapi ia lebih
mengidentifikasakannya dari pengalaman sakit seseorang. travelbee menemukan
penyakit sebagai criteria subjektiv dan objektif ditentukan oleh dampak luar
dari penyakit dalam diri individu. sedangkan criteria subjektiv lebih kepada
apa yang seseorang rasakan sebagai penyakit.
5.
Penderitaan. Penderitaan adalah
perasaan yang tidak senang yang meluas dari mental yang pindah dengan
sederhana, secara fisik, atau ketidak sesuain spiritual hingga penderitaan
tersebut dinamakan tingkat yang menular “tidak terjaga”dan seterusnya meningkat
dari persamaan apatis.
6.
Rasa Sakit. Rasa sakit itu
sendiri tidak dapat diamati hanya saja dampaknya tidak tertulis. rasa sakit
adalah pengalaman tersendiri dan susah untuk dikomunikasikan keindividu.
penderitaan dapat diganti diatas continuum, seperti yang telah diilustrasikan
di gambar 23-1
7.
Harapan. Harapan adalah
karakterisasi yang dibangun oleh mental dengan keinginan untuk memeperoleh
sebuah penyelesaian atau menyelesaikan sebuah penggabungan perwencanaan dengan
beberapa tingkatan pengharapan bahwa apa yang diinginkan atau diminta dapat
tercapai. harapan berhubungan atau adakaitanya dengan ketergantungan dengan
yang lain, pilihan, keinginan, kepercayaan, kegigihan, keberanian dan orientasi
pada masa depan.
8.
Keputuasaan. Keputusasaan adalah
ketiadaan pengharapan.
9.
Komunikasi. Komunikasi adalah
proses yang dapat memungkinkan perawat untuk membangun hubungan antar sesama
manusia dan dengan demikian memenuhi tujuan dari keperawatan, yakni membantu
individu- individu dan keluarga-keluarga untuk mencegah dan untuk
penanggulangan dengan pengalaman penyakit dan penderitaan bahkan jika dibutuhkan
untuk membantui mereka untuk menemukan arti dari pengalaman ini.
10.
Interaksi. kata interaksi
(interaction) mengacu pada banyak hubungan selama dua individu yang dapat
berpengaruh timbal balikantara sesame dan dapat berkomunikasi secara verbal
taupun nonverbal.10
Interaksi Antara
Perawat Dan Pasien. Kata interaksi antara
perawat dan pasien mengacu pada hubungan antra perawat dan seseorang yang
menderita sakit dan dikarakteristikkan oleh fakta bahwa antara kedua
individu merasa dipenanggulangan klise yang lain.
Kebutuhan keperawatan. Sebuah kebutuhan keperawatan adalah rasa
kebutuhan dari seseorang yang sakit (atau keluarga) yang dapat ditemukan oleh
perawat professional pelaksana dan dengan meletakkan dalam jangkauan definisi
yang legal/ sah atau dalam praktik keperawatan.
Pengobatan untuk diri
sendiri. Pengobatan yang digunakan untuk diri
sendiri adalaah kemampuan seseorang untuk menggunakan secara sadar dan dalam
memenuhi kekhawatiran dalam berusaha untuk memebangun hub dan intervensi
struktur keperawatan.hal ini memerlukan pengetahuan diri sendiri, kepemahaman
diri sendiri, pemahaman dari pengetahuan. seseorang yang dinamis kemampuan
untuk mengintetprestasikan sesuatu pengetahuan pribadi yang sama dengan
pengetahuan yang lain, dan kemampuan dalam campur tangan yang efektif dalam
situasi keperawatan.
Rasa empati . Empati adalah proses yang mana individu dapat memehami psikologi
dari orang lain.
Rasa simpati. Simpati termasuk keinginan untuk memebantu seseorang yang
sedang mengalami tekanan/ stress.
Hubungan. Hubungan adalah suatu proses, satu kejadian, satu pengalaman
atau pengalaman yang berkelanjutan dengan cara bersama dan dengan keperawatan
dan menerima kepedulianya. hal ini menyusun sebuah kelompok yang menyangkut
pikiran dan perasaan, pikiran-pikiran ini, perasaan-perasaan dan penderitaan
yang diubah atau dikomunikasikan oleh seorang terhadap orang lain.
Hubungan antara
sesama manusia. Sebuah hubungan antara
sesame manusia adalah pengalaman utama dari pengalaamn yang berkelanjutan
antara perawat dan penerima keperawatanya.karakteristi utama dr pengalaman
adalah kebutuhan keperawatan dalam individu (atau keluarga) itu bertemu. hub
antara sesame manusia dalam situasi keperawatan adalah berarti terusmenerus
dengan maksud . keperawatan adalah suatu kepandaian. hubungan antara sessama
manusia dibangun ketika perawat dan penerima perawatanya mencapai sebuah hub
setelah meningkat atas tahapan pertemuan yang original, munculnya identitas,
empati dan simpati.
Asumsi Utama Keperawatan
Travelbee mendefinisikan keperawatan
sebagai sebuah proses antar diri perseorangan komunitas untuk mencegah dan
menanggulangi dengan pengalaman dari penyakit dan penderitaan dan bahkan jika
diperlukan untuk sebuah proses antar diri seseorang karena ini adalah merupakan
sebuah pengalaman yang terjadi antara perawat dan individu atau sekelompok
individu – individu.
Personal/ orang. Kata person didefinisikan sebagai manusia, antara keduanya
antara perawat dan pasien dalah manusia, seorang manusia dalah pribadi yang
unik, indifidu yang tidak dapat dipisahkan yang berproses berkelanjutan menjadi
susunan dan perubahan.
Kesehatan. Travelbee mendevinisikan kesehatan sebagai kesehatan subjektif
dan objektif.status kesehatan subjektif seseorang adalah sebuah definisi secara
individu yang membaik dalam persetujuandengan penilain diri sendiri dari status
fisik,-emosi dan spiritual. kesehatan objektif adalah ketiadaan penyakit yang tidak
dapat dilihat, ketidak mampuan atau ukuran kecatatan dan pemeriksaan fisik, uji
laboratorium, penafsiran oleh seorang direktur spiritual, atau penasehat
psikologi.
Lingkungan. Travelbee tidak secara tegas mendefinisikan lingkungan dalam
teorinya.di mendefinisikan kondisi dan kehidupan pengalam pertemuan oleh semua
manusi selama menderita, harapan dan kesakitan dan kondisi ini dapat disamakan
dengan lingkungan.10
17.
Paterson and Zderad
(Teori Humanistik)
Keperawatan Humanistik
Keperawatan
humanistic adalah respon keperawatan kepada pergerakan humanistic terhadap ilmu
jiwa, yang mana terlihat sebagai alternative kepada dua ilmu jiwa yang
dominan.Ilmu jiwa
Freudian tampak terbatas dalam orientasinya menghadapi orang yang sakit, dan
perilaku jiwa menjadi orientasi yang mekanisme.Orientasi yang humanistik
mencoba mengambil sebuah pandangan yang lebih luas terhadap potensial dari
manusia, mencoba untuk mengerti mereka dari konteks pengalaman hidup mereka di
dunia ini dari pada mencoba untuk menggantikan pandangan mereka, tujuannya
adalah untuk suplemen mereka.
Praktek
dari keperawatan humanistik ini berakar dari pemikiran yang
eksistensial.Eksistensialisme adalah pendekatan filosofi untuk mengetahui
kehidupan.Individu dipandang sebagai kemungkinan-kemungkinan pada saat membuat
pilihan.Pilihan ini menggambarkan hubungan dan artian dari seseorang.Seperti
psikologi humanistik, eksistensialisme adalah sebuah respon terhadap filosofi
dominan yang positif dan yang diterapkan.Menurut tulisan Kirkegaard dan
Nietzche, dengan memiliki kesempatan untuk memilih, setiap tindakan yang kita
pilih adalah signifikan dan memberikan arti kehidupan kita.
Teori humanistik
Keperawatan dan Metaparadigma
1.
Manusia
Manusia
dipandang dari kerangka kerja eksistensial melalui pilihan-pilihan. Manusia
sebagai individu yang penting berhubungan dengan orang lain di dalam waktu dan
jarak. Manusia dikarakterkan sebagai orang yang mampu, terbuka terhadap
pilihan, mempuyai nilai, dan manifestasi unik terhadap mereka yang dulu
sekarang dan masa depan. Aplikasi dalam dunia keperawatan adalah jelas bahwa
manusia memerlukan informasi.Mereka membutuhkan pilihan.Individu dan kelompok
membutuhkan kesempatan untuk membuat pilihan mereka sendiri.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah komponen
penting dari seseorang, sebagai kualitas dari kehidupan dan kematian.Hal ini
bisa disebut sebagai lebih dari tidak adanya penyakit. Kesehatan adalah sebagai
pengalaman di dalam proses kehidupan. Kesehatan bisa ditemukan pada kemauan
seseorang untuk terbuka kepada pengalaman kehidupan mereka terhadap fisik,
sosial, spiritual, kognitif atau keadaan emosi mereka.Implikasi terhadap
praktek keperawatan membuka jarak yang luas untuk definisi kesehatan.Kategori
diagnosa bermanfaat hanya jika setuju terhadap orang atau mereka yang ditunjuk.
Hubungan bahwa perawatan mempunyai hubungan dengan orang yang menerima
perawatan adalah kritikal, bahkan lebih penting adalah kebutuhan akan
penghargaan terhadap hubungan yang eksis dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Keperawatan
Keperawatan adalah
respon manusia terhadap satu orang kepada yang lain dalam waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuannya untuk mendapatkan kesehatan. Keperawatan juga adalah
mengenai bentuk individu yang unik dan berfokus pada seluruh bagian. Pada saat
seseorang sakit dan tubuh juga mengalami perubahan, ini akan mempengaruhi dunia
seseorang dan pengalaman mereka. Pandangan klien tentang dunia adalah hal yang
penting dalam keperawatan.Paterson dan Zderad mengatakan keperawatan
menunjukkan sebuah pertemuan spesial dari setiapmanusia.
Keperawatan terlihat
seperti campuran yang unik antara teori dan metodologi.Teori bisa
diartikulasikan dari kerangka kerja terbuka yang didapatkan dari situasi
manusia.Kerangka kerja ini digunakan untuk memberikan dimensi kemungkinan dari
keperawatan humanistic manusia.Teori tidak bisa eksis tanpa praktek
keperawatan.Mereka menyebut praktek keperawatan adalah metodologi, yang
mengatakan bahwa keperawatan sebagai campuran yang unik antara seni dan
ilmu.Seni keperawatan diwujudkan dari interaksi antara perawat dan
klien.Keperawatan sebagai seni yang sanggup untuk menggunakan teori-teori
diantara konteks kehidupan sebagai perjuangan seseorang untuk mencapai sesuatu
yang mereka inginkan.11
Fenomenologi Nursologi
dan Proses Keperawatan
a.
Assessment
Merupakan pengumpulan data subjek dan objek tentang seseorang
melalui observasi, interaksi dengan klien, dan informasi dari sumber lainya
seperti hasil laboraturium
b.
Diagnosa
Merujuk kepada langkah terhadap proses keperawatan dimana perawat membuat sebuah statement masalah. Perawat mengumpulkan data menurut tingkat kebutuhan pasien, kemudian menganalisa data dengan mengklasifikasikan data tersebut, lalu membandingkan dengan pengetahuan teori dan prinsip, dan akhirnya tiba pada suatu kesimpulan yang menyatakan kalau itu sebuah masalah
Merujuk kepada langkah terhadap proses keperawatan dimana perawat membuat sebuah statement masalah. Perawat mengumpulkan data menurut tingkat kebutuhan pasien, kemudian menganalisa data dengan mengklasifikasikan data tersebut, lalu membandingkan dengan pengetahuan teori dan prinsip, dan akhirnya tiba pada suatu kesimpulan yang menyatakan kalau itu sebuah masalah
c.
Perencanaan dan implementasi
Fase ini merupakan proses keperawatan yang menyebutkan sebuah
tujuan atau hasil yang dicapai oleh klien dengan objektif menjadi tujuan yang
terdepan. Tindakan perawat dan klien yang khusus diuraikan secara
jelas.Fenomenologi nursologi tidak menjelaskan bentuk dari tujuan yang langsung
terhadap rencana keperawatan.Keperawatan humanistik memperhatikan orang yang
membutuhkan kebutuhan.Tujuannya adalah kesejahteraan yang diterbitkan melalui
dialog.
d.
Evaluasi
Fase ini menyebutkan apa tingkah laku klien yang telah berubah sebagai ukuran umtuk menjadi tujuan dan objektif. Tingkah laku mengubah hasil dari tindakan perawat dan klien. Melalui humanistik yang alami, perhatiannya tidak dengan hasil tingkah laku tetapi dengan pengalaman klien. Seorang klien yang mampu untuk membuat pilihan tentang perawatan kesehatan mereka dan bertanggung jawab terhadap pilihannya, dapat menemukan arti dalam kehidupannya. Dengan melakukan hal ini dengan seorang perawat, klien mempunyai kesempatan untuk menegaskan situasi humanness dari perspeksinya, hasil pertumbuhan personak atau kesehatan.11
Fase ini menyebutkan apa tingkah laku klien yang telah berubah sebagai ukuran umtuk menjadi tujuan dan objektif. Tingkah laku mengubah hasil dari tindakan perawat dan klien. Melalui humanistik yang alami, perhatiannya tidak dengan hasil tingkah laku tetapi dengan pengalaman klien. Seorang klien yang mampu untuk membuat pilihan tentang perawatan kesehatan mereka dan bertanggung jawab terhadap pilihannya, dapat menemukan arti dalam kehidupannya. Dengan melakukan hal ini dengan seorang perawat, klien mempunyai kesempatan untuk menegaskan situasi humanness dari perspeksinya, hasil pertumbuhan personak atau kesehatan.11
Karakteristik Teori dan Kerja Paterson and Zderad
a.
Teori dapat berhubungan timbal balik degan cara untuk
menciptakan cara yang berbeda untuk melihat fenomena penting
b.
Teori harus masuk akal dan alam.
c.
Teori juga harus sederhana tetapi menyeluruh atau umum.
d.
Teori bisa menjadi dasar untuk hipotesis yang diuji atau untuk
teori yang dibangkitka.
e.
Teori menyumbang dan menolong untuk meningkatkan pengetahuan
dengan disiplin melalu implementasi penelitian untuk menvalidasi teori-teori
tersebut.
f.
Teori bisa digunakan oleh praktisi-praktisi untuk menuntun dan
membuktikan praktek mereka.
g.
Teori harus konsisten dengan teori-teori yang tervalidasi,
hukum, dan prinsipal tetapi membuka pertanyaan yang tidak terjawab yang
diperlukan untuk diinvestigasi
18.
Lydia E. Hall (Teori
Hall)
Lydia
E. Hall memperkenalkan 3 teori lingkaran keperawatan dimana masimg-masing
lingkaran menunjukkan proses keperawatannya yaitu:
1.
Lingkaran Kepedulian
(care)
Pada
lingkaran kepedulian ini perawat yang professional akan menyediakan kebutuhan
pasien baik secara jasmani maupun rohani. Ketika kepedulian (care) berfungsi
perawat menerapkan pengetahuan yang alami dan ilmu pengetahuan biologi yang
menjadi dasar ilmu keperawatan yang kuat.Perawat harus menciptakan suasana yang
nyaman pada diri pasien, sehingga pasien itu menganggap perawat sebagai
penghibur dan pemberi kenyamanan.
2.
Lingkaran inti (core)
Perawat
yang profesional dalam hubungannya dengan pasien bias membantu pasien untuk
menyatakan perasaan/penyakit yang dideritanya. Intinya perawatharus
mempedulikan pasien untuk kesembuhannya.Perawat yang professional dengan
menggunakan tehnik berhadapan/berhubungan langsung dengan pasien guna untuk
melihat status kesehatan sekarang dan yang akan datang.
3.
Lingkaran keperawatan
(cure)
Kepedulian perawat
terhadap pasien yang didasarkan pada ilmu pengetahuan cara pengobatan suatu
penyakit. Perawat yang professional adalah perawat yang bias membantu si pasien
agar cepat sembuh sehingga dapat meringankan beban keluarga.12
Teori Hall dan 4
konsep utama
Proses keperawatan
yang dikenalkan meliputi hubungan antara manusia,kesehatan,bersosialisasi
dengan lingkungan dan keperawatan. Uraiannya dapat dijelaskan seperti dibawah
ini:
1.
Manusia atau seseorang yang berusia 16 tahun atau lebih yang
mengalami suatu penyakit membutuhkan bantuan/proses keperawatan yang lebih
.individu ini membutuhkan motifasi dari semua keluarganya agar cepat sembuh.
2.
Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari perilaku manusia itu
sendiri
3.
Konsep lingkungan
masyarakat yang dihadapkan dengan hubungan individu akan menciptakan kesehatan
yang merata dan menyeluruh.
4.
Proses keperawatan berhubungan dengan (kepedulian , inti , dan
keperawatan). Tujuan utama adalah untuk mencapai suat hubungan antara individu
dengan individu dengan individu lain/antara perawat dengan pasien.12
Proses Keperawatan
Hall memberikan
motivasi pada pasien demi proses penyembuhan. Aspek ini meliputi 5 proses
keperawatan yaitu: penilaian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
a.
Tahap penilaian meliputi tentang status kesehatan individu atau
pasien. Menurut teori Hall proses pengumpulan data ditujukan demi kepentingan
kesehatan pasien dibandingkan demi kepentingan perawat. Pengumpulan data ini
harus mengarah pada peningkatan kesehatan individu.
b.
Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat
mengamati penyakit pasien sehingga dapat mengetahui penyakit yang dideritanya.
Sehingga proses penyembuhannya akan lebih muda.
c.
Perencanaan melibatkan
prioritas utama pada pasien. Peran perawat adalah membantu pasien menjadi sadar
dan mengerti akan pentingnya kesehatan bagi kehidupannya. Inti dari perencanaan
ini untuk membantu pasien menjadi lebih mengerti dengan kebutuhan, perasaan dan
motivasi. Perawat bekerja sama dengan pasien untuk mencapai kesembuhan dengan
pengobatan medis.
d.
Implementasi melibatkan institusi rencana kerja yang nyata.
Tahap ini adalah merupakan tahap memberikan pelayanan yang nyata antara perawat
dengan pasien yang meliputi memandikan pasien, membalut luka, makan, memberikan
kebutuhan kenyamanan dan lain-lain. Perawat juga membantu pasien dan keluarga
untuk memahami dan menerapkan rencana yang medis.
e.
Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan kondisi
kesehatan pada pasien. Tahap proses evaluasi diarahkan kepada berhasil atau
tidaknya pasien dalam mencapai suatu kesehatan.
Aplikasi dan
Pembatasan Teori
Di dalam meninjau
ulang teori keperawatan Hall ada beberapa area yang membatasi aplikasi kepada
kepedulian pasien.
Yang pertama untuk
area ini adalah langkah suatu penyakit. Pasien membutuhkan perhatian yang lebih
dari seorang perawat untuk proses penyembuhannya. Faktor yang kedua adalah
masalah umur. Yang ketiga faktor pembatasan adalah uraian bagaimana cara
membantu seseorang kea rah yang lebih mengerti tentang kesehatan. Faktor yang
keempat adalah keluaga hanya berada di dalam perawatan melingkar (care, core,
cure).
Akhirnya,
Theori Hall hanya untuk individu atau seseorang yang sedang sakit. Ini tidak
akan menandakan bahwa keperawatan berhubungan langsung dengan kesehatan
individu, kelurga dan masyarakat dan meniadakan konsep tentang kesehatan dan
pelayanan kesehatan untuk mencegah suatu penyakit. Seorang kllien dibentuk oleh
bagian-bagian berikut yang saling tumpang-tindih, yaitu: manusia (inti), status
patologis dan pengobatan (penyembuhan) dan tubuh perawatan. Perawat sebagai
pemberi perawatan.12
19.
Ernestine
Wiedenbach
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individual dalam mengatasi masalah
yang berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi tekanan atau kebutuhan yang
dihasil dari suatu kondisi, lingkungan, situasi atau waktu (Torres, 1986).13 Kerangka Kerja Praktik: Praktik
keperawatan berhubungan dengan individu yang memerlukan bantuan karena
stimulasi perilaku. Keperawatan klinik memiliki komponen seperti filosofi,
tujuan, praktik, dan seni (Chinn dan Jacobs, 1995)
Teori Ernestine Wiedenbach
1. The agent : mid wife. Filosofi yang
di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persipan menjadi
orang tua.
2. He recipient. Meliputi : wanita,
keluarga dan masyarakat. Recipient menurut Widenbach adalah individu yang mampu
menetukan kebutuhannya akan bantuan.
3. The Goal / purpose. Di sesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku
fisik, emosional atau fisioogikal.
4. The Means Metode untuk mencapai
tujuan asuhan kebidanan.14
20.
Parse (Teori Parse)
Teori Parse (1981) adalah Untuk memfokuskan pada manusia sebagai suatu unit
yang hidup dan kualitas partisipasi manusia terhadap pengalaman sehat (Parse,
1990) (Nursing as science and art [Marriner-Torney, 1994]).13
Kerangka Kerja Praktik yaitu manusia secara terus menerus berinteraksi
dengan lingkungan dan berpartisipasi dalam upaya mempertahankan kesehatannya
(Marriner-Torney, 1994).
Sehat adalah suatu kontinu, proses yang terbuka bukan sekedar status
sehat atau hilangnya penyakit (Parse, 1990; Marriner-Torney, 1994; Chinn dan
Jacobs, 1995).
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model
konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat
mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu
saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus
perawat kerjakan.
Teori
keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model
praktek keperawatan. Ada beberapa yang mempengaruhi teori keperawatan yaitu,
filosofi Nightingale, kebudayaan, pendidikan, dan ilmu keperawatan.
B.
SARAN
Dalam penysunan makalah sebaiknya
mahasiswa menggunakan minimal tiga literatur untuk menghasilkan makalah yang isinya lengkap dan sebaiknya
perlu ditambahkan lagi buku-buku kesehatan lainnya yang belum tersedia di
perpustakaan untuk menunjang penyelesaian tugas mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
2.
Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar
Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika
4.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
5.
http://Teori
Keperawatan_ Abdellah
« Elisasiregar's Blog.mht/
6.
http://Teori
Keperawatan_Ida Orlando
« Elisasiregar's Blog.mht
7.
http://Teori
Keperawatan Myra Levine«
Elisasiregar's Blog.mht
8.
http://Teori
Keperawatan Dorothy Johnshon
« Elisasiregar's Blog.mht
9.
http://Konsep
& Metode Keperawatan (ed. 2) - Google Buku.mht
10. http://Ilmu Keperawatan_ JOYCE
TRAVELBEE.mht
11. http://Teori Keperawatan Humanistik_
Paterson and Zderad « Elisasiregar's Blog.mht
12. http://iLnas_ makalah teori Lydia E.
Hall.mht
13. Potter dan
Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC.
14. http://konsep dasar keperawatan\teori ernestine.mht
[1]A.
Aziz alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Halaman
41
1 A.
Aziz alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Halaman
43
2 Zaidin
Ali. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Halaman 98
1 A.
Aziz alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Halaman
41
1 A.
Aziz alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Halaman
42
3 http://perawattegal.wordpress.com/2009/12/17/sejarah-keperawatan-islam-rufaidah-binti-saad/
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 109
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 112
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 113
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 114
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 115
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 117
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 117
1 A.
Aziz alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Halaman
50
1 A.
Aziz alimul Hidayat. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2.
Hal 50-51
1 A.
Aziz alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2.
Halaman 45
1 A.
Aziz alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2. Halaman
49
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 128
4 Asmadi.
2008. Konsep Dasar Keperawatan. Hal 130-132
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 132-134
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 137-138
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 138-139
2 H. Zaidin
Ali. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Halaman 104-106
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 142
4 Asmadi.
Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 145-146
13 Potter
dan Perry.Buku Ajar FundamentalKeperawatan,
Konsep, Proses, dan Praktik. Halaman 272
13 Potter
dan Perry.Buku Ajar FundamentalKeperawatan,
Konsep, Proses, dan Praktik. Halaman 273
Tidak ada komentar:
Posting Komentar