Selasa, 29 Juli 2014

ASKEP HIV/AIDS



A.    KONSEP DASAR PENYAKIT


1.      DEFINISI
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.
 Acquired        : didapat
Immune           : system kekebalan tubuh
Deficiency       : kekurangan
Syndrome        : kumpulan gejala-gejala penyakit
Jadi, AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh. (wikipedia)
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2006)

2.      EPIDEMOLOGI
Kasus-kasus menyatakan hampir 10-40% pecandu narkoba (yang diduga sebagia besar remaja) yang memakai jarum suntik (intravenous drug user atau IDU) positif terinfeksi HIV dan AIDS. Penyakit AIDS diketahui keberadaanya di Indonesia pada tahun 1987 yaitu di Bali dengan ksus 6 orang. Sehingga, sekarang dilaporkan jumlah penderita HIV dan AIDS sekitar 80.000 sampai 120.000 kasus, dan lebih dari 85% berusia produktif.

3.      ETIOLOGI
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1
Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.      Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.      Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.      Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.      Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.      AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1.Lelaki homoseksual atau biseks.
2.Orang yang ketagian obat intravena
3.Partner seks dari penderita AIDS
4.Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

4.      GEJALA KLINIS
Terdiri dari lima fase yaitu :
1.      Periode jendela
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.      Fase infeksi HIV primer akut
Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.      Infeksi asimtomatik
Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.      Supresi imun simtomatik
Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.      AIDS
Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
5 . PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa, dan sumsum tulang. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T helper.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel/ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 sel/ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Saat sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik) muncul. Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel/ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

6 . PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1.    Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
-          ELISA
-          Western blot
-          P24 antigen test
-          Kultur HIV
2.    Tes untuk deteksi gangguan system imun.
-          Hematokrit.
-          LED
-          CD4 limfosit
-          Rasio CD4/CD limfosit
-          Serum mikroglobulin B2
-          Hemoglobulin

7 . PROGNOSIS
            Diagnosis juga bisa dilakukan dngan melihat gejalanya dan harus dipastikan tidak ada penyakit lain yang menyebabkan menurunnya system kekebalan tubuh. Selain itu bisa juga dilihat dari jumlah limfosit CD4+ (normalnya 1000-1200 sel/ml). Apabila seseorang memakai obat profilaksis untuk infksi oportunistik maka penderita AIDS dengan system kekebalan rendah tetap terlihat tanpa gejala, sehingga gejala tidak cukup untuk mendiagnosis penyakit AIDS, melainkan harus menggunakan perhitungan limfosit CD4+.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

                  1.PENGKAJIAN
v  Data Subjektif
·         Identitas klien, Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat. Serta jenis kelamin pasien
·         Keluhan utama
·         Riwayat penyakit sekarang
·         Riwayat penyakit dahulu
·         Riwayat penyakit keluarga
·         Riwayat psikososial

v  Data Objektif
ü  Aktivitas/istirahat
Gejala:
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan/malaise, perubahan pola  tidur
Tanda:
kelemahan otot, menurunnya masa otot. Respons fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan.
ü  Sirkulasi
Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)
Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural. Menurunnya volume nadi perifer. Pucat/sianosis; perpanjangan pengisian kapiler
ü  Integritas ego
Gejala:
Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, misal dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distres spiritual
Mengkuatirkan penampilan; alopesia, lesi cacat, dan menurunnya BB
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi
Tanda:
Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri
Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang kurang.
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
ü  Eliminasi
Gejala:
Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan/tanpa disertai keram abdominal.
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda:
Feses encer dengan/tanpa disertai mukus atau  darah.
Diare pekat yang sering.
Nyeri tekan abdominal.
Lesi/abses rektal, perianal
Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
ü  Makanan/cairan
Gejala:
tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan, mual/muntah.
Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
Penurunan BB yang cepat atau progresif.
Tanda:
dapat menunjukan adanya bising usus hiperaktif
Penurunan BB: perawakan kurus, menurunnya lemah subkutan/masa otot.
Turgor kulit buruk.
Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna.
Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
Edema (umum, dependen)
ü  Higiene
Gejala: tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda:
memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri,aktivitas perawatan diri.
ü  Neurosensori
Gejala:
pusing/pening,sakit kepala.
Perubahan status mental,kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah,tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.
Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukan perubahan paling awal).
Tanda:
perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, reterdasi psikomotor/respon melambat.
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks yang tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis; hemiparesis, kejang.
Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV)
ü  Nyeri/kenyamanan
Gejala:
nyeri umum atao lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala (keterlibatan SSP)
Nyeri pada pleuritis
Tanda:
pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan atau pincang
Gerak otot melindungi bagian yang sakit
ü  Pernapasan
Gejala: ISK sering, menetap
Napas pendek yang progresif
Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodik saat napas dalam)
Bendungan atau sesak pada dada
Tanda: takipnea, distres pernapasan
Perubahan pada bunyi napas/bunyi napas adventisius.
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

ü  Keamanan
Gejala:
riwayat jatuh, terbakar,pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya.
Riwayat menjalani transafusi darah yang sering/berulang (mis. Hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut.
Riwayat atau berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten/memuncak; berkeringat malam
Tanda:
Perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis. Eksema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah terjadi memar yang tidak bisa dijelaskan sebabnya.
Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau lebih (mis. Leher, ketiak, paha)
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
ü  Seksualitas
Gejala:
riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positiv HIV, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindungi, dan seks anal.
Menurunnya libido, terlal sakit untuk melakukan hubungan seks.
Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan/friebilitas vagina)
Tanda:
kehamilan atau resiko terhadp hamil
Genital: manifestasi kulit (mis. Herpes, kutil); rabas.
ü  Interaksi sosial
Gejala:
masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis. Kehilangan kerabat/orang terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakkan/kehilangan pendapatan.
Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal karena AIDS
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda:
Perubahan pada interaksi keluaga/orang terdekat
Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
ü  Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku berisiko tinggi (mis. Seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Penggunaan/penyalahgunaann obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol.
Pertimbangan rencana pemulangan:
DRG menunjukan rerata lama dirawat 10,2 hari
Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan; transportasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan anak; perubahan fasilitas hidup.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
b.      Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV.
c.       Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
e.       Diare berhubungan dengan infeksi GI
f.       Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
g.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
h.      gangguan volume cairan berhubungan dengan diare terus-menerus
i.        Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inpormasi tentang penyakit















3.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan criteria hasil
Intervensi
Rasional

1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
1.     Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2.     gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
3.     Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4.     Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5.     Atur pemberian antiinfeksi sesuai order  

1.Untuk pengobatan dini
2.Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
3.Mencegah bertambahnya infeksi

4.Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
5.Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

2.Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.
1.     Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.
2.     Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

1.Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini
2.Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain

3.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
1.         Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2.         Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3.         Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

1.Respon bervariasi dari hari ke hari
2.Mengurangi kebutuhan energi
3.Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

4.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
1.         Monitor kemampuan mengunyah dan menelan

2.         Monitor BB, intake dan ouput
3.         Atur antiemetik sesuai order
4.         Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

1.Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
2.Menentukan data dasar
3.Mengurangi muntah
4.Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien


5.Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,
1.         Kaji konsistensi dan frekuensi  feses dan adanya darah.
2.         Auskultasi bunyi usus


3.         Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order

4.         Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
1.Mendeteksi adanya darah dalam feses
2.Hipermotiliti mumnya dengan diare
3.Mengurangi motilitas usus,  yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal
4.Untuk menghilangkan distensi

6.Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
1.    Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2.    Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal


3.    Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

1.Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
2.Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
3.Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.




7.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum

Jalan napas pasien tidak ada hambatan, dengan kriteria hasil:
Tidak mengalami sesak napas atau sianosis.
Bunyi napas normal, ronki(-)
1.      Auskultasi bunyi napas


2.      Catat kedalaman napas, sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, peningkatan kerja pernapasan




3.      Tinggikan kepla tempat tidur, usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan.
4.      Lakukan fisioterapi dada, hisap jalan nafas sesuai kebutuhan
5.      Kaji perubahan tingkat kesadaran
6.      Berikan periode yang cukup diantara waktu aktifitas perawatan. Pertahankan linkungan yang tenang
7.      Pemberian nebulizer sesuai indikasi

1.Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi atau infeksi pernapasan
2.Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat, dan peningkatan napas, menunjukkan kesulitan pnafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervnsei medis
3.Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal.

4.Membantu membersihkan jalan nafas.
5.Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya perubahan tingkat kesadaran.
6.Menurunkan konsumsi O2


7.Menghacurkan dahak dan melebarkan jalan nafas

8.Gangguan volume cairan berhubungan dengan diare terus-menerus

Volume cairan kembali adekuat dengan kriteria hasil:
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, haluran urine adekuat




1.Pantau TTV
Catat peningkatan suhu dan durasi demam.
2.Berikan kompres hangat sesuai indikasi dan pertahankan pakaian tetap kering jika terjdi demam
5.         3.Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
6.         4.Ukur input dan output cairan

7.         5.Kolaborasi pemberian obat-obatan antidiarea
1.Indikator dari volume cairan sirkulasi
2.Meningkatkan kebutuhan metabolime dan diaforesis yang berlebihan yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan tak kasat mata
3.Indikator tidak langsung dari status cairan
4.Mengetahui keseimbangan dalam tubuh
5.Untuk membantu menurunankan jumlah dan keenceran feses
9.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inpormasi tentang penyakit
Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif dengan criteria hasil :
1.      Klien mengetahui tentang penyakit,pencegahan dan pengobatanya










1 Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya.

2 Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

3 Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.

4 Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.

5 Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.


1 Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.
2 Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
3 Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
4 Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
5 Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.










4.IMPLEMENTASI  Sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
  1. Infeksi dapat teratasi dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
  2. Infeksi HIV dapat di tekan
  3. Klien dapat beraktivitas
  4. Nutrisi klien dapat terpenuhi
  5. Klien tidak mengalami diare
  6. Cemas keluarga dank lien dapat teratasi
  7. Klien dapat bernafas normal RR 20x/mnt
  8. Cairan tubuh klien terpenuhi
  9. Klien dan keluarga dapat mengetahui cara penularan,proses infeksi dan cara pencegahan HIV/ AIDS


DAFTAR PUSTAKA

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.
Doenges, M.E., Marry, F..M  and  Alice, C.G., 2000. Rencana  Asuhan  Keperawatan :  Pedoman  Untuk  Perencanaan  Dan  Pendokumentasian  Perawatan  Pasien. Jakarta, Penerbit  Buku  Kedokteran  EGC.
 Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.
Long, B.C., 1996.  Perawatan  Medikal  Bedah : Suatu  Pendekatan  Proses  Keperawatan. Jakarta,  Penerbit  Buku  Kedokteran  EGC.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Mosby Year Book, Toronto
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta: EGC; 1994.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition,
 Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.

1 komentar:

  1. There are some natural remedies that can be used in the prevention and eliminate diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome life style Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying a good physical health and over all well-being. The inner peace and self contentment is a just a state of mind.People with diabetes diseases often use complementary and alternative medicine. I diagnosed diabetes in 2000. Was at work feeling unusually tired and sleepy. I borrowed a glucometer from a co-worker and tested at 760. Went immediately to my doctor and he gave me prescription like: Insulin ,Sulfonamides, but I could not get the cure rather to reduce the pain and brink back the pain again. I found a woman testimony name Comfort online how Dr Akhigbe cure her HIV  and I also contacted the doctor and after I took his medication as instructed, I am now completely free from diabetes by doctor Akhigbe herbal medicine.So diabetes patients reading this testimony to contact his email     drrealakhigbe@gmail.com   or his Number   +2348142454860   He also use his herbal herbs to diseases like:SPIDER BITE, SCHIZOPHRENIA, LUPUS,EXTERNAL INFECTION, COMMON COLD, JOINT PAIN, BODY PAIN, EPILEPSY,STROKE,TUBERCULOSIS ,STOMACH DISEASE. ECZEMA, PROGERIA, EATING DISORDER, LOWER RESPIRATORY INFECTION,  DIABETICS,HERPES,HIV/AIDS, ;ALS,  CANCER , MENINGITIS,HEPATITIS A AND B, THYROID, ASTHMA, HEART DISEASE, CHRONIC DISEASE. AUTISM, NAUSEA VOMITING OR DIARRHEA,KIDNEY DISEASE, WEAK ERECTION. EYE TWITCHING PAINFUL OR IRREGULAR MENSTRUATION.Dr Akhigbe is a good man and he heal any body that come to him. here is email    drrealakhigbe@gmail.com    and his Number +2349010754824

    BalasHapus