Selasa, 29 Juli 2014

ASKEP DERMATITIS KONTAK



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DERMATITIS KONTAK


 









OLEH :
I WAYAN MERTHA ADI WIRYAWAN
KELAS A6-E




Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN 2010/2011




LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DERMATITIS KONTAK

A.    KONSEP DASAR MEDIK

I.       DEFINISI / PENGERTIAN
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan meka nisme imunologik yang spesifik.

II.    EPIDEMIOLOGI
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
III. ETIOLOGI / PENYEBAB
Dermatitis Kontak Iritan
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopic.



Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi disebabkan karena kulit terpapar oleh bahan-bahan tertentu, misalnya alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi. Hapten merupakan alergen yang tidak lengkap (antigen), contohnya formaldehid, ion nikel dll. Hampir seluruh hapten memiliki berat molekul rendah, kurang dari 500- 1000 Da. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan dan luasnya penetrasi di kulit.
IV.       TANDA DAN GEJALA
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit.
Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel).
Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar.
Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian losyen badan).
Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan akan menghilang.
Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering.

Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.
V.          PATOFISIOLOGI
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit.
Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

VI.          PATHWAY






Pajanan alergen
 

Bahan iritan
 
 
                
 




















VII.       KLASIFIKASI
1.      Dermatitik kontak Iritan
2.      Dermatitis kontak alergi
VIII.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
1.      Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.

2.      Tes Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.

3.      Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.


IX.             PENATALAKSANAAN MEDIK
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.

Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.

Pengobatan topical

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
X.             PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis adalah penyebab dermatitis kontak, kapan terapi mulai dilakukan, apakah pasien sudah menghindari faktor pencetusnya, terjadinya kontak ulang dan adanya faktor individual seperti atopi. Dengan adanya uji tempel maka prognosis dermatitis kontak alergik lebih baik daripada dermatitis kontak iritan dan DKI yang akut lebih baik daripada DKI kronis yang bersifat kumulatif dan susah disembuhkan. Dermatitis kontak alergik terhadap bahan-bahan kimia industri yang penggunaannya pada tempat-tempat tertentu dan tidak terdapat dalam lingkungan di luar ja m kerja atau pada barang-barang milik pribadi, mempunyai prognosis yang buruk, karena bahan-bahan tersebut terdapat sangat banyak dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari.



B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I.       PENGKAJIAN
1.   Identitas pasien
2.   Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
     Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelainan pada kulit ditandai dengan kulit kering.
2.Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen ditandai dengan kulit berubah ke arah yang lebih buruk.
3.Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya.
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien mengatakan kurang tidur.
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus ditandai dengan kulit kering dan adanya vesikula.
6.Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi ditandai dengan klien kurang tahu tentang penyakitnya dan cara pengobatannya.
      III.  INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelainan pada kulit ditandai dengan kulit kering
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jan diharapkan kulit klien dapat kembali normal.

              Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak.
Intervensi
Rasional
1.      Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 sampai 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
2.      Gunakan air hangat jangan panas.
air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
3.      Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.

4.      Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
salep atau krim akan melembabkan kulit.


Diagnosa 2: Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen ditandai dengan kulit berubah ke arah yang lebih buruk.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen


Intervensi
Rasional
1.      Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
menghindari alergen akan menurunkan respon alergi

2.      Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen.Hindari binatang peliharaan.
jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah

3.      Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.
Diagnosa 3 : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan rasa nyaman klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman.
Intervensi
Rasional
1.      Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
2.      Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.


3.      Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas

Diagnosa 4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien mengatakan kurang tidur.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
Intervensi
Rasional
1.      Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.

2.      Menjaga agar kulit selalu lembab.
Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

3.      Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.

4.      Melaksanakan gerak badan secara teratur.

memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
5.      Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.

Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

Diagnosa 5 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus ditandai dengan kulit kering dana adanya vesikula .

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1.      Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2.      Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3.      Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4.      Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5.      Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6.      Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7.      Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan


Intervensi
Rasional
1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.

2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu  terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .

5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan tentang program terapi ditandai dengan klien kurang tahu tentang penyakitnya dan cara pengobatannya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapka terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
1.      Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.      Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.      Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.      Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.      Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi
Rasional
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.

memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan

2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.

Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.

3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan.
Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali

IV.IMPLEMENTASI
      Sesuai dengan intervensi.
V. EVALUASI
        1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.














DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.3.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Santosa,Budi,2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.Prima Medika.
http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html








Tidak ada komentar:

Posting Komentar