LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DERMATITIS KONTAK
![]() |
OLEH
:
I WAYAN MERTHA ADI WIRYAWAN
KELAS
A6-E
Program
Studi Ilmu Keperawatan
STIKES
WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN
AJARAN 2010/2011
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DERMATITIS KONTAK
A.
KONSEP
DASAR MEDIK
I.
DEFINISI
/ PENGERTIAN
Dermatitis
kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan
iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak
yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan
dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis
kontak alergik yang diakibatkan meka nisme imunologik yang spesifik.
II. EPIDEMIOLOGI
Bila
dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis
kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat
peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi
dermatitis ini di masyarakat.
III. ETIOLOGI / PENYEBAB
Dermatitis Kontak Iritan
Penyebab munculnya dermatitis
kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang
terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi,
kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain.
Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau
berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga
gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga berpengaruh
pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai
tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun
lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih);
jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita);
penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan
iritan turun), misalnya dermatitis atopic.
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi
disebabkan karena kulit terpapar oleh bahan-bahan tertentu, misalnya alergen,
yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi. Hapten merupakan alergen
yang tidak lengkap (antigen), contohnya formaldehid, ion nikel dll. Hampir
seluruh hapten memiliki berat molekul rendah, kurang dari 500- 1000 Da.
Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat
pajanan dan luasnya penetrasi di kulit.
IV.
TANDA DAN
GEJALA
Efek dari
dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya
berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit.
Ruam seringkali
terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel).
Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar.
Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian losyen badan).
Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar.
Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian losyen badan).
Jika zat
penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan akan
menghilang.
Lepuhan akan
pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering.
Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.
Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.
V.
PATOFISIOLOGI
Dermatitis kontak
iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel
epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering
terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara
definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara
langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis
kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada
membran lipid keratisonit.
Menurut Gell dan
Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat
(tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan
epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis,
dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari
antigen akan timbul reaksi alergi.
VI.
PATHWAY
|
||||
|



VII.
KLASIFIKASI
1.
Dermatitik kontak Iritan
2.
Dermatitis kontak alergi
VIII.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK / PENUNJANG
1.
Tes
Tempel Terbuka
Pada uji terbuka
bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah
tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi
hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
2.
Tes
Tempel Tertutup
Untuk uji
tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada
bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang
dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam
setelah itu hasilnya dievaluasi.
3.
Tes
tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar
dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar
ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel
tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat
sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka
dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi
hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test
tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar
tidak bisa menembus bahan tersebut.
IX.
PENATALAKSANAAN MEDIK
Pada prinsipnya penatalaksanaan
dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik adalah mengidentifikasi
penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang
sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
X.
PROGNOSIS
Faktor-faktor
yang mempengaruhi prognosis adalah penyebab dermatitis kontak, kapan terapi
mulai dilakukan, apakah pasien sudah menghindari faktor pencetusnya, terjadinya
kontak ulang dan adanya faktor individual seperti atopi. Dengan adanya uji
tempel maka prognosis dermatitis kontak alergik lebih baik daripada dermatitis
kontak iritan dan DKI yang akut lebih baik daripada DKI kronis yang bersifat
kumulatif dan susah disembuhkan. Dermatitis kontak alergik terhadap bahan-bahan
kimia industri yang penggunaannya pada tempat-tempat tertentu dan tidak
terdapat dalam lingkungan di luar ja m kerja atau pada barang-barang milik
pribadi, mempunyai prognosis yang buruk, karena bahan-bahan tersebut terdapat
sangat banyak dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari.
B.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
1. Identitas
pasien
2. Pada
anamnesis perlu ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi,
riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun
dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru,
sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu
riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan
adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika
pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada
tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
II.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelainan pada kulit
ditandai dengan kulit kering.
2.Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen ditandai
dengan kulit berubah ke arah yang lebih buruk.
3.Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus ditandai dengan
klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya.
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien
mengatakan kurang tidur.
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus ditandai dengan kulit kering dan adanya vesikula.
6.Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi ditandai dengan klien kurang tahu tentang penyakitnya dan
cara pengobatannya.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1
:Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelainan pada kulit ditandai
dengan kulit kering
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jan diharapkan kulit klien
dapat kembali normal.
Kriteria
hasil :
Klien akan
mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan,
ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya
derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena
garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 sampai 20
menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi.
Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
|
dengan mandi air akan meresap
dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah
mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
|
2.
Gunakan air hangat jangan panas.
|
air panas menyebabkan
vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
|
3.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun
untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
|
sabun yang mengandung pelembab
lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering
dapat meningkatkan keluhan.
|
4.
Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan
2 atau tiga kali per hari.
|
salep atau krim akan
melembabkan kulit.
|
Diagnosa 2: Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen ditandai dengan kulit berubah ke arah yang lebih buruk.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan pada
kulit klien
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan
integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan
terhadap alergen yang telah diketahui.
|
menghindari alergen akan
menurunkan respon alergi
|
2.
Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan
makan yang mengandung alergen.Hindari binatang peliharaan.
|
jika alergi terhadap bulu
binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan
binatang di sekitar area rumah
|
3.
Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat
kerja, bila memungkinkan.
|
AC membantu menurunkan paparan
terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.
|
Diagnosa 3 : Perubahan rasa
nyaman berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien mengatakan tidak
nyaman dengan kondisinya.
Tujuan : Setelah diberikan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan rasa nyaman klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya
pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur
nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa
nyaman.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya
(misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus
gatal-garuk-gatal-garuk.
|
dengan mengetahui proses
fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan
meningkatkan rasa kooperatif.
|
2.
Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk
menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan
pelembut pakaian buatan pabrik.
|
pruritus sering disebabkan
oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut
pakaian.
|
3.
Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk
memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
|
bahan yang tertinggal
(deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas
|
Diagnosa 4 : Gangguan pola tidur
berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien mengatakan kurang tidur.
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien bisa beristirahat tanpa
adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi
lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk
meningkatkan tidur.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap
memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
|
Udara yang kering membuat
kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
|
2.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
|
Tindakan ini mencegah
kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan
tetapi bisa dikendalikan.
|
3.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang
tidur.
|
kafein memiliki efek puncak
2-4 jam setelah dikonsumsi.
|
4.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
|
memberikan efek menguntungkan
bila dilaksanakan di sore hari.
|
5.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
|
Memudahkan peralihan dari
keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
|
Diagnosa 5 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus ditandai dengan kulit kering dana adanya vesikula .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1. Mengembangkan
peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2. Mengikuti
dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3. Melaporkan
perasaan dalam pengendalian situasi.
4. Menguatkan
kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5. Mengutarakan
perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6. Tampak
tidak meprihatinkan kondisi.
7. Menggunakan
teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan
penampilan
Intervensi
|
Rasional
|
1.Kaji adanya gangguan citra
diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
|
Gangguan citra diri akan
menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang
terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
|
2.Identifikasi stadium
psikososial terhadap perkembangan.
|
Terdapat hubungan antara
stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap
kondisi kulitnya.
|
3.Berikan kesempatan
pengungkapan perasaan.
|
Klien membutuhkan pengalaman
didengarkan dan dipahami.
|
4.Nilai rasa keprihatinan dan
ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai
diri dan mengenali masalahnya.
|
Memberikan kesempatan pada
petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan
memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
|
5.Dukung upaya klien untuk
memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
|
Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi.
|
6.Mendorong sosialisasi dengan
orang lain.
|
Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi.
|
Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan
tentang program terapi ditandai dengan klien kurang tahu tentang penyakitnya
dan cara pengobatannya.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapka terapi dapat dipahami dan
dijalankan
Kriteria Hasil :
1. Memiliki
pemahaman terhadap perawatan kulit.
2. Mengikuti
terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3. Melaksanakan
mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4. Menggunakan
obat topikal dengan tepat.
5. Memahami
pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi
|
Rasional
|
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang
penyakitnya.
|
memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana
penyuluhan
|
2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang
benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
|
Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat
mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
|
3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan
penggunaan obat-obatan lainnya.
|
memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat
untuk melakukan terapi.
|
4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene
pribadi juga lingkungan.
|
Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi
sukar untuk kambuh kembali
|
IV.IMPLEMENTASI
Sesuai
dengan intervensi.
V. EVALUASI
1.Memiliki pemahaman
terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
vol.3.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Santosa,Budi,2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.Prima
Medika.
http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar