Senin, 28 Juli 2014

ANEMIA APLASTIK



LANDASAN TEORI
I. Konsep Dasar Anemia Aplastik
  1. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm­­­­­­3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997.Hal : 358)
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)

  1. Epidemiologi
Ditemukan lebih dari 70 % anak-anak menderita anemia aplastik. Tidak ada perbedaan secara bermakna antara laki dan perempuan, namun beberapa penelitian nampak insiden pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang jarang dijumpai di negara barat dengan insiden 1-3/ 1 juta/tahun. Namun dinegara timur seperti Thailand, negara asia lainnya seperti indonesia, Taiwan dan Cina insidennya lebih tinggi. Penelitian pada tahun 1991 diBangkok didapatkan 3-7/1 juta/tahun. Perkiraan insiden ini diperkirakan oleh adanya faktor lingkungan seperti pemakaian obat-obat yang tidak pada tempatnya, pemakaian pestisida serta insiden virus hepatitis yang lebih tinggi.

  1. Etiologi
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
· Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
· Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
· Radiasi : sinar rontgen, radioaktif.
· Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain – lain.
· Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
· Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)

4.   Manifestasi Klinis
a. Lemah dan mudah lelah
b. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
c. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
d. Pucat
e. Pusing
f. Anoreksia
g. Peningkatan tekanan sistolik
h. Takikardia
i. Penurunan pengisian kapiler
j. Sesak
k. Demam
l. Purpura
m. Petekie
n. Hepatosplenomegali
o. Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)





Iktisar gejala klinis dan hematologis Anemia Aplastik
Sumsum Tulang
Darah tepi
Gejala klinis
Keterangan
Aplasia eritropoesis
Retikulositopenia
Anemia (pucat)
· Akibat retikulositopenia : kadar Hb,Ht dan eritrosit rendah
· Akibat anemia : anoreksia, pusing.
Aplasia granulopesis
Granulositopenia, leucopenia
Panas (demam)
· Panas terjadi karena infeksi sekunder akibat granulositopenia.
Aplasia trombopoetik


Trombositopenia
Diatesis hemoragi
· Perdarahan dapat berupa ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.
Relatif aktif limfopoesis
Limfositosisa
· Limfositosis biasanya tidak lebih dari 80%
Relatif aktif RES (sel plasma, fibrosit,osteoklas,sel endotel)
Mungkin terdapat sel plasma, monosit bertambah

Gambaran umum : sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan lemak


· Tambahan : hepar, limpa, kelenjar getah bening tidak membesar dan tidak ada ikterus
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:453

5.   Patofisiologi
      Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui tiga factor berikut :
§  Kerusakan sel induk
§  Kerusakan lingkungan mikro
§  Mekanisme imunologis
Sel induk hemopoetik
 







Kerusakan sel induk
Gangguan lingkungan mikro
Mekanisme imunologi
 








PANSITOPENIA

                  

                         Eritrosit ¯                   Leukosit ¯                   Trombosit ¯
           
                  Sindrom anemia           Sistem kekebalan tubuh menurun     Pembekuan darah                                                                                                       terganggu
                                               
Kadar HB ¯
 
                                                                                               
                                                                                                            Perdarahan dapat                                                                                                                   terjadi terus-menerus
Komparten sel penghantar oksigen/ zat nutrisi ke sel <

 
                                                 Mudah infeksi:                      
-         
Perdarahan
- kulit
- mukosa
- organ dalam

 
febris                       
-          ulkus mulut/faring   
-          sepsis                       
Gg perfusi jaringan

 


 

                                 Risiko Infeksi
PK Perdarahan
 
BB menurun < 10 %
 
anoreksia
                                   
Kurang Pengetahuan
 
                        Lemas               Cepat lelah
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
 
Intoleransi aktivitas
 

6. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Infeksi organ
c. Gagal jantung
d. Parestesia
e. Kejang
(Nelson.1999.Hal:1724)
  1. Pemeriksaan diagnostic
a. Biopsi sumsum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, precursor granulosit, eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi pansitopenia (defisiensi semua elemen sel darah).
(Smeltzer.2001.Hal:939)
b. Gambaran darah tepi menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:452)
  1. Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri dari beberapa terapi sebagai berikut.
·         Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui.
·         Terapi Suportif
      Bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia.       Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut
1.      Untuk mengatasi anemia
·         Higiene mulut
·         Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat
·         Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat

2.   Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/dl atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g%, tidak perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal. Pada penderita yang akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsum tulang pemberian transfusi harus lebih berhati-hati
3.   Usaha untuk mengatasi perdarahan
      Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan       mayor atau trombosit < 20.000/mm3
Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut
1.   Anabolik Steroid : dapat diberikan oksimetolon atau stanazol          dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-12   minggu, efek samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan      fungsi hati.
·         Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah
·         GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil
Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut.
1.   Terapi imunosupresi, antara lain :
·         Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis
·         Terapi imunosupresi lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi


2.   Transplantasi sumsum tulang
Merupakan terapi definitif yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya sangat mahal.
 Implikasi keperawatan
· Pencegahan infeksi silang
· Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak
· Tempatkan klien pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral
· Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
· Berikan pendidikan kesehatan dan berikan informasi adekuat mengenai keadaan, pengobatan dan kemajuan kesehatan serta bimbingan untuk perawatan dirumah.
(Pillitteri.2002.Hal:246)
 Tindakan Kolaborasi
· Medikamentosa :
Prednisolon (kortikosteroid) dosis 2 – 5 mg/kgBB/hari per oral ; testoteron dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB/hari secara parenteral ; testoteron diganti dengan oksimetolon yang mempunyai daya anabolic dan merangsang system hemopoetik lebih kuat, dosis diberikan 1 – 2 mg/kgBB/hari per oral. (Ngastiyah.1997.Hal:364)
Untuk pasien dengan neutropenia sebagai abnormalitas dominant, efektif diberikan myeloid growth factors G-CSF (filgastrim) dengan dosis 5µg/kg/hari atau GM-CSF (sargramostim) dengan dosis 250 µg/m2/hari untuk meningkatkan angka neutrofil dan menurunkan infeksi. (Tierney.2003.Hal:96)
· Transfusi darah : diberikan jika diperlukan saja karena pemberian transfusi darah terlampau sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan menimbulkan reaksi hemolitik sebagai akibat dibentuknya antibodi terhadap sel – sel darah tersebut.

· Pengobatan terhadap infeksi sekunder
Untuk mencegah infeksi sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang steril. Pemberian obat antibiotika dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak boleh diberikan.
· Makanan : umumnya diberikan dalam bentuk lunak. Jika harus menggunakan NGT harus hati – hati karena dapat menimbulkan luka / perdarahan pada waktu pemasangan.
(Ngastiyah.1997.Hal:365)
Transplantasi sumsum tulang : sumsum tulang diambil dari donor dengan beberapa kali fungsi hingga mendapatkan sedikitnya 5 x 108 sel berinti / kgBB resipien. Keberhasilan pencangkokan terjadi dalam waktu 2 hingga 3 minggu.
(Sodeman.1995.Hal:278)
9. Prognosis
Prognosis bergantung pada :
1. Gambaran sumsum tulang hiposeluler atau aseluler
2. Kadar HbF yang lebih 200 mg% memperlihatkan prognosis yang lebih baik
3. Jumlah granulosit lebih dari 2000/mm3 menunjukkan prognosis yang lebih baik
4. Pencegahan infeksi sekunder, terutama di Indonesia karena kejadian infeksi masih tinggi.
5. Gambaran sumsum tulang merupakan parameter yang terbaik untuk menentukan prognosis.
Remisi biasanya terjadi beberapa bulan setelah pengobatan (dengan oksimetolon setelah 2-3 bulan), mula-mula terlihat perbaikan pada sistem eritropoitik, kemudian sistem granulopoitik dan terakhir sistem trombopoitik. Kadang-kadang remisi terlihat pada sistem granulopoitik lebih dahulu, disusul oleh sistem ertropoitik dan trombopoitik. Untuk melihat adanya remisi hendaknya diperhatikan jumlah retikulosit, granulosit/leukosit dengan hitung jenisnya dan jumlah trombosit. Pemeriksaan sumsum tulang sebulan sekali merupakan indikator terbaik untuk menilai keadaan remisi ini. Bila remisi parsial telah tercapai, yaitu timbulnya aktifitas eriropoitik dan granulopoitik. Bahaya perdarahan yang fatal masih tetap ada, karena perbaikan sistem trombopoitik terjadi paling akhir. Sebaiknya pasien dibolehkan pulang dari rumah sakit setelah hitung trombosit mencapai 50.000-100.000/mm3

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
· Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
· Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
· Takikardia, takipnea, dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
· Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
· Ataksia, tubuh tidak tegak
· Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
· Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
· Palpitasi (takikardia kompensasi)
· Hipotensi postural
· Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T
· Bunyi jantung murmur sistolik
· Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
· Sclera biru atau putih seperti mutiara
· Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
· Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
· Rambut kering, mudah putus, menipis


c. Integritas Ego
· Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
· Depresi
d. Eliminasi
· Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
· Flatulen, sindrom malabsorpsi
· Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
· Diare atau konstipasi
· Penurunan haluaran urine
· Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
· Penurunan masukan diet
· Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
· Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
· Adanya penurunan berat badan
· Membrane mukosa kering, pucat
· Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
· Stomatitis
· Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
· Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
· Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
· Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
· Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
· Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
· Hemoragis retina
· Epistaksis
· Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan
· Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
· Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
· Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
· Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
· Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
· Transfusi darah sebelumnya
· Gangguan penglihatan
· Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
· Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
· Limfadenopati umum
· Petekie dan ekimosis

DS :
-          Klien mengatakan badan lemas
-          Klien mengatakan tidak nafsu makan
-          Klien mengeluh demam
-          Klien mengeluh pusing
DO :
-          Klien tampak pucat
-          Pengisian kapiler refil klien lambat
-          Porsi makan klien tidak habis
-          Mukosa bibir klien tampak kering
-          Klien tampak mengalami petekie
-          Klien tampak mengalami mimisan (epistaksis)
-          Kadar Albumin menurun ( 4 – 5,8 g/dL)
-          Hb menurun  (11 – 16 g/dL)
-          Ht menurun (31 – 43 %)
-          Trombosit menurun (150.000 – 400.000 µL)
-          Eritrosit menurun (3,8 – 5,5 x 1012)
-          Leukosit menurun (5000-10.000 sel per mm3)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen (pengiriman).
d. PK Perdarahan
e.Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
I.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrisi ke sel.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... x 24 jam klien menunjukkan perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :
a.Tanda-tanda vital stabil
b.Membran mukosa berwarna merah muda

c.Pengisian kapiler (2-3 detik)

1. Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
2. Auskultasi bunyi napas


3.Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.

4. Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung.
5.Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.
KOLABORASI:
6.Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
7. Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
8.Berikan oksigen sesuai indikasi.
9.Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
1.Memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.
2.Dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung.
3.Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
4.Dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia
5.Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
6.Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.
7.Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan.
8.Memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan
9.Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.

II.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan ....... x 24 jam klien mampu mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria hasil :
a.       Asupan nutrisi adekuat
b.      Berat badan normal
c.       Nilai laboratorium dalam batas normal :
·         Albumin : 4 – 5,8 g/dL
·         Hb : 11 – 16 g/dL
·         Ht : 31 – 43 %
·         Trombosit:150.000– 400.000 µL
·         Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012









1.Observasi dan catat masukan makanan.


2. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering
3.Observasi mual/ muntah, flatus.
4.Bantu klien melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut.


KOLABORASI:
5.Observasi pemeriksaan laboratorium:Hb,Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin.
6.Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi.
7.Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.

1.Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2.Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi.
3. Gejala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
4.Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
5.Mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
6.Bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.
7.Meningkatkan masukan protein dan kalori.

III.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen (pengiriman).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan .... x 24 jam klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil :
a.       Tanda – tanda vital dalam batas normal
b.      Kliendapat melakukan aktivitas dan istirahat dengan tenang
c.       Klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
d.       Klien tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan
1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam


2. Observasi adanya tanda – tanda keletihan (takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang).
3. Bantu kilen dalam aktivitas diluar batas toleransi klien.

1.Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
2.Membantu menetukan intervensi yang tepat.




3. mencegah kelelahan

IV.PK Perdarahan

Setelah dilakukan tindakan kep selama (…x24 jam), perawat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan kriteria hasil:
a.Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (10-11 gr %)
b.Klien tidak mengalami episode perdarahan
c.Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi = 60-100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).

1.Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi

2.Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan




3.Lindungi pasien terhadap cidera dan terjatuh

4.Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan
KOLABORASI:
5.Kolaborasi pemberian transfusi sesuai indikasi


1.Dengan mengetahui adanya perdarahan maka perawat dapat memberikan intervensi lebih dini sehingga perdarahan yang berlebihan dapat dicegah dan tidak terjadi komplikasi.
2.Untuk mengetahui komponen-komponen darah yang mengalami kelainan, sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perdarahan.
3. Cidera atau terjatuh dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
4.Kesiapan pasien baik secara fisik dan psikologis dapat membantu memperlancar jalannya terapi.

5.Pemberian transfuse sesuai indikasi dapat mengganti darah yang hilang akibat perdarahan.
V.Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan .... x 24 jam infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
  1. Tanda – tanda vital dalam batas normal

  1. Leukosit dalam batas normal


1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam.
2.Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.
KOLABORASI:
3.Observasi hasil pemeriksaan leukosit.


1.Demam mengindikasikan terjadinya infeksi.
2.Mencegah infeksi nosokomial.


3.Lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi

VI.Kurang pengetahuan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah, dengan criteria hasil :
a.       Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
b.      Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan factor penyebab
c.        Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan
d.      Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
1. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2. Berikan HE pada pasien dan keluarga tentang tanda, gejala, factor penyebab dan penatalaksanaan dari penyakit pasien
3. Anjurkan pasien agar mau mematuhi semua aturan dietnya
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2. Agar tidak adanya kesalahan informasi


3. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program


4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan
            Dx.1 Klien menunjukkan perfusi yang adekuat
a.Tanda-tanda vital stabil
b.Membran mukosa berwarna merah muda
c.Pengisian kapiler <2-3 detik>
Dx.2 Klien mampu mempertahankan berat badan yang stabil
a.       Asupan nutrisi adekuat
b.      Berat badan normal
c.       Nilai laboratorium dalam batas normal :
·         Albumin : 4 – 5,8 g/dL
·         Hb : 11 – 16 g/dL
·         Ht : 31 – 43 %
·         Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
·         Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Dx. 3 Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
a.       Tanda – tanda vital dalam batas normal
b.      Klien dapat melakukan aktivitas dan istirahat dengan tenang
c.       Klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
d.      Klien tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan



Dx.4 Perawat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan
a.       Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (10-11 gr %)
b.      Klien tidak mengalami episode perdarahan
c.       Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi = 60-100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).
Dx.5 infeksi tidak terjadi.
a.       Tanda – tanda vital dalam batas normal
b.      Leukosit dalam batas normal
Dx.6  Pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah, dengan criteria hasil :
a.       Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
b.      Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan factor penyebab
c.        Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan
d.      Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan






           









DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak vol.2.Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Pillitteri,Adele.2002.Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:EGC.
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth vol.2. Jakarta: EGC.
Soedeman. 1995. Patofisiologi. Jakarta: Hipokrates.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tierney, Lawrence. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (penyakit dalam). Jakarta: Salemba Medika.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta: EGC.
Anonym. Nanda.2005-2006. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Nanda International: Philadelphia.



3 komentar:

  1. Saran saya bagi yg belum sembuh coba hub dr elizar... Beliau ada obat khusus yg dapat membantu menyembuhkan penyakit amnemia apalastic... Saya merekomendasikan karena adik sepupu saya dini sudah sembuh semenjak konsumsi obat dr elizar selama 3 bulan...memang biaya nya sangat mahal... Tapi itulah kesehatan... Harga nya sangat mahal, tapi kita juga harus br usaha dan br doa.
    Ini no wa dr elizar 082294989494
    Semoga br manfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih ya..saya sudah hub dokter eliza nya dan alhamdulillah setelah 1 bulan brobat dengan beliau dengan mengkonsumsi obat racikan beliau sekarang kondisi orang tua kami jauh lebih baik dan dari hasil lab darah di klinik prodia juga hasil nya sangat bagus... kami akan terus br ikhtiar dengan dokter eliza sampai sembuh...dan semoga bapak kami bisa lekas sembuh amin...
      saudara sekalian kalau mau cari pengobatan yang bagus saran saya brobat lah dengan dokter eliza.
      semoga kita semua di beri kesembuhan amin...
      dokter eliza bilang insyah allah 4 sampai 6 bulan orang tua saya bisa sembuh..
      amin yaa rabal alamin...

      Hapus
  2. Adik sepupu saya juga lagi rutin minum obat dari beliau... Semoga bisa sembuh amin.... Mohon doa nya... Obat nya mahal sih...tapi gak apa asal bisa sembuh atas ijin allah swt... Amin...

    BalasHapus